Posting kali ini, aku ingin menceritakan sedikit kisah hidupku yang kutulis ketika ada tugas membuat autobiografi di SMA..
Namaku
Brigita Riesty Anggraini. Dari kecil, TK, SD, dan SMP aku lebih dikenal dengan
nama “Riesty”. Baru di SMA inilah aku
lebih akrab disapa “Brigita” atau “Brigit”, juga “Gita”. Namun, nama panggilan
tidaklah masalah untukku, yang penting
aku bisa dikenal dan akrab dengan semua temanku. “Brigita” adalah nama baptisku karena aku
seorang Katholik. Aku lahir pada 26 September 1996 di Cililitan, Jakarta Timur,
tepatnya di Bidan Restu. Karena itulah, nama “Riesty” diberikan untukku sebagai
kenangan bahwa aku lahir di Bidan Restu. Memang sekilas tidak ada hubungan
antara kata “Restu” dengan “Riesty”, tetapi setidaknya nama “Riesty” lebih cocok untukku daripada nama
“Restu”. Lalu, “Anggraini” adalah nama yang diberikan oleh papaku yang artinya
anugrah. Aku anak sulung dari 3 bersaudara. Papaku bernama Agustinus Sumaryanto
dan mamaku bernama Yohana Sutiyem. Sejak bayi, aku diasuh di rumah oleh saudara
dari Yogyakarta karena papa dan mamaku bekerja dari pagi hingga sore hari. Aku
memanggilnya “mbah” karena beliau masih saudara kakekku. Namun, kini beliau telah
meninggal dunia tahun 2012 lalu.
Masih
teringat cerita beliau, ketika berusia sekitar 5 bulan, aku pernah hampir
diculik oleh seorang wanita. Ketika itu, aku tengah digendongnya di depan
rumah, lalu datang seorang wanita tak dikenal datang mendekati kami. Wanita itu
mencoba menggendongku dan aku pun beranjak dari gendongan “mbah”. Seketika itu
juga, wanita itu membawaku lari. “Mbah” pun menangis dan berteriak minta tolong.
Beruntung, para tetangga langsung merebut tubuh mungilku dari wanita jahat
itu.
Aku
menetap di Jakarta hingga 1998. Karena rumah di Jakarta masih berstatus
kontrak, akhirnya saat aku berumur 3 tahun, kami pindah ke Bekasi dan membeli
rumah di Kartika Wanasari Blok E2/11, Cibitung. Di umur 4 tahun, aku bersekolah
di TK.Vicky di dekat rumahku. Sosok manja sungguh tergambar dalam diriku saat
itu. Aku selalu menangis saat masuk kelas, namun apabila “mbah” sudah duduk di
bangku kelas, sekejap tangisku reda. Aku bersekolah di TK. Vicky hanya sampai
TK.A, TK.B dilanjutkan di TK. Santa Maria Monica, di Regensi 1, Cibitung. Orang
tuaku menyekolahkanku di sana supaya aku
mendapat pendidikan agama Katholik.
Kebetulan
saat itu, adik pertamaku, Laurencia Okky Wijayanti lahir, tepatnya pada 15
Agustus 2001. Adikku yang satu ini
memang sangat berbeda denganku, yakni kulitnya lebih putih. Jelas… karena aku
minta adik ketika papa belum lama pulang dari Jepang, setelah beberapa bulan
ditugaskan di sana. Mungkin karena papaku lama bergaul dengan orang-orang
berkulit putih kali,ya.? Jadi ketularan
putih deh.. Sebenarnya aku maunya adik laki-laki, namun Tuhan berkehendak lain.
Ternyata adik pertamaku itu perempuan, tetapi tak apa lah, soalnya karena dia,
aku bisa mandiri dengan naik mobil antar-jemput.
Lulus
Taman Kanak-Kanak, aku melanjutkan pendidikanku di SD. Santa Maria Monica.
Letaknya cukup jauh dari tempat tinggalku, yaitu di Kampung Cerewet, Bekasi
Timur. Tahun 2002 aku sudah duduk di kelas 1 SD. Hari pertama masuk Sekolah Dasar,
aku sudah diberi soal matematika oleh Ibu Eva. Aku mendapat nilai nol dan aku
menangis. Sejak saat itu, papaku menasihatiku agar lebih teliti kalau
mengerjakan soal matematika. Aku selalu ingat pesan itu, setiap ulangan, terlebih
ulangan matematika, kalau sudah selesai tidak langsung dikumpulkan tetapi
kuteliti sampai 2 kali. Begitu pula mamaku, sejak 1 SD hingga 2 SD ia selalu
membimbingku belajar bahkan sebelum ulangan aku selalu ditanya-jawab olehnya. Akhirnya
pada 22 Mei 2004, aku punya adik laki-laki, Gregorius Kristian Angger
Pinastika. Makanya, sejak kelas 3 SD
aku sudah tidak ditanya jawab karena
mamaku sibuk mengurusi adik keduaku. Walaupun begitu, aku tetap semangat dalam
belajar sehingga puji Tuhan, nilai rapotku di SD sangat memuaskan, bahkan
aku berhasil mempertahankan prestasiku
di peringkat 1 hingga di SMA ini. Itu
semua jelas tidak lepas dari karunia Tuhan juga ketekunanku serta bimbingan
orang tuaku selama ini.
Aku
juga sering mengikuti lomba-lomba antar sekolah. Saat SD, aku mengikuti lomba
calistung mulai dari tingkat gugus hingga kecamatan, dengan prestasi
membanggakan, diantaranya juara III saat kelas 1, juga juara I dan harapan II di kelas 3. Saat kelas
6 SD pun aku meraih Juara Umum dengan nilai Ujian Nasional tertinggi se-SD. Setelah
dihitung-hitung sudah ada 12 piala yang kuperoleh dari TK hingga SMP. Melihat
prestasiku, papaku mengikutsertakan aku dalam beasiswa Koperasi Astra.
Kebetulan papa bekerja di salah satu anak perusahaan PT. Astra Internasional.
Beasiswa itu sedikit meringankan biaya SPPku sejak kelas 4 SD hingga 2 SMA ini.
Lulus
Sekolah Dasar tahun 2008, aku
melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di tempat yang sama. Di SMP.
Santa Maria Monica ini, aku bergabung dengan OSIS. Aku pernah menjabat sebagai
Seksi Sains saat kelas VIII, lalu sebagai Bendahara saat kelas IX. Banyak suka
duka dalam berorganisasi. Hal yang paling menarik ketika menjadi anggota OSIS
adalah ketika razia di kelas. Namun yang menyedihkan adalah ketika dipanggil
kepala sekolah karena tidak menghadiri rapat OSIS, padahal saat itu jabatanku
Bendahara.
Masa
SMP kulalui dengan penuh petualangan bersama sahabat-sahabatku. Yumei, Novi,
Ellen, Fanny, Ribkha, dan si kembar Bella-Vista. Sejak SD hingga SMP, aku berangkat
pukul 05.30 pagi diantar papaku, sekalian beliau berangkat kerja. Saat SD,
pulangnya naik mobil antar-jemput . Waktu SMP, aku pulang naik angkot bersama
sahabat-sahabatku itu. Panas, hujan, canda, tawa, kesal, malu, bahkan tangis
pernah kami alami di dalam angkot 12 yang mengantar kami dari sekolah hingga
Ampera dan angkot 36 yang mengantar kami dari Ampera hingga sekolah. Satu
pengalaman lucu yang tak pernah kami lupa adalah ketika ada seorang bapak
memarahi kami karena canda tawa kami di angkot sangat mengganggunya. Ya, kami
memang suka berlebihan dan tidak tahu tempat
kalau sudah bercanda. Hahahaha… Satu pengalaman memalukan, ketika kami pulang
sekolah lebih awal, kami memutuskan main ke BTC. Sampai di sana, kami tidak
diperbolehkan masuk karena kami memakai baju seragam. Untungnya ada beberapa
yang membawa jaket, sedangkan yang tidak bawa jaket, terpaksa, harus membeli
baju dulu. Pengalaman itu menjadi pelajaran buat kami, jika ingin mampir ke
Mall setelah pulang sekolah, kami harus membawa baju ganti. Maklum, kami memang
suka menjelajahi Mall seperti BTC, BS, juga MM, padahal tak ada barang yang
ingin kami beli.
Aku
lulus SMP tahun 2011 dengan nilai Ujian Nasional tertinggi se-SMP yaitu dengan NEM 37,2, namun tidak meraih Juara Umum seperti
di SD karena ada siswa yang NEM-nya
sama denganku tetapi nilai Ujian Sekolahnya lebih tinggi daripadaku.
Kini
aku tinggal di Bekasi Regensi 2 Blok
DD1/10, masih di Kecamatan Cibitung. Aku dan keluargaku membeli rumah di
sana karena rumah di Kartika Wanasari dirasa tidak cukup menampung banyaknya
barang seiring bertambahnya kebutuhan kami sekeluarga. Kami menetap di
perumahan itu sejak 6 Juli 2011 hingga saat ini.
Sejak
TK, SD, SMP aku mengenyam pendidikan di sekolah swasta Katholik. Aku memutuskan untuk mendaftar di SMA
Negeri, karena aku ingin merasakan bagaimana persaingan di sekolah negeri, juga
ingin mempunyai banyak teman dengan
beragam agama. Banyak saudaraku yang menyarankan agar mendaftar di
SMA-SMA pilihan di Jakarta. Sementara papaku menyarankan ke SMA-SMA pilihan di
Kota Bekasi, tetapi dengan pertimbangan yang matang aku pun memutuskan untuk
mendaftar di SMAN 2 Tambun Selatan.
Sejak TK pulalah aku bersahabat dengan Yumei Yohana
Saraningsih. Bahkan, ketika mendaftar di SMAN 2 Tambun Selatan ini pun, aku dan
dia berusaha bersama menempuh setiap langkah yang harus dilalui untuk dapat
diterima di kelas Bilingual SMAN 2 Tambun Selatan ini. Mulai dari, mencari informasi tentang sekolah ini,
membeli formulir hingga melihat hasil tes yang puji Tuhan memuaskan. Semua itu kita lakukan bersama tanpa campur
tangan orangtua langsung yang terkesan merepotkan mereka.
Akhirnya
aku diterima di SMAN 2 Tambun Selatan ini dengan nilai test tertinggi. Pertama
masuk SMA, aku duduk di kelas X.2, kelas yang letaknya di atas terpisah dengan
kelas X lainnya. Walau begitu aku tetap senang dan nyaman bahkan berasa seperti
keluarga sendiri. Di SMA ini aku sempat bergabung dengan ekskul Nihon no Sekai
hingga kelas X semester 1 saja. Setelah itu aku tidak ikut organisasi
apapun. Sungguh berbeda dengan SMP,
dimana aku aktif berorganisasi. Semua ini karena aku ingin fokus dengan
kegiatan belajarku, yang dimulai dari pukul 07.00 pagi hingga 04.40 sore. Aku
tahu berorganisasi itu penting, tetapi aku sadar bahwa aku mudah lelah dan
mudah marah kalau sudah kelelahan. Jadi, lebih baik fokus untuk belajar dulu
deh.. Di kelas X aku juga mengikuti beberapa lomba, walaupun tidak meraih juara
diantaranya Olimpiade Biologi di ITS dan UIN, serta Olimpiade Fisika tingkat
Kabupaten Bekasi. Naik kelas XI aku duduk di kelas XI IPA 2. Kelas dengan
beraneka karakter, mulai dari yang pendiam, lucu, usil, bijak, kreatif hingga
yang doyan musik Korea. Di kelas XI ini aku juga pernah
mengikuti Olimpiade Biologi di UNJ.
Olimpiade tersebut sungguh menyesakkan
hati karena aku mendapat peringkat ke-21, sementara hanya 20 besarlah yang
lolos ke babak selanjutnya.
Di kelas XII aku kembali ikut olimpiade biologi di UNJ, dan puji Tuhan berkat kerja keras yang didukung bimbingan guru biologi paling The Best se-SMAN 2 Tambun Selatan, Mrs. Wulan Novianti namanya, aku bisa lolos hingga babak terakhir (babak ketiga) dan meraih juara III. lalu, ada lagi kesempatan untuk ikut lomba biologi di UIN Jakarta bersama 2 anak kelas XI, dan Puji Tuhan, semua kesulitan yang kita hadapi saat belajar ternyata membuahkan hasil membanggakan karena kita juara II..
Soal cita-cita, dulu ketika SD aku bercita-cita menjadi guru karena termotivasi oleh mamaku, namun semakin dewasa aku semakin menyadari kemampuanku. Kini guru bukan profesi yang aku idam-idamkan. Harapanku aku bisa lulus SMA dengan nilai UN membanggakan sehingga bisa diterima dan duduk sebagai Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. aku pun mendaftar di UGM lewat jalur SNMPTN dengan jurusan Teknik Kimia dan Teknologi Industri Pertanian. Mungkin banyak orang berrtanya "kenapa gak ambil Biologi murni aja?". tentu aku hanya bisa menjawab, aku gak kuat kalo belajar biologi terlalu murni, aku ingin mengaplikasikan biologi dengan ilmu lain yang bisa menghasilkan sesuatu dari perpaduannya. dan di kedua jurusan inilah, aku menemukan apa yang kumau. Bahkan akupun tak tahu pasti, akan jadi apa aku nanti,. yang jelas aku ingin memiliki profesi yang sesuai dengan bidang dan kepribadianku. yang jelas, aku ingin jadi orang yang sukses dan bermanfaat untuk banyak orang. Semoga semua cita-citaku tercapai dan Tuhan selalu memberkati langkahku. Amin... :))
Di kelas XII aku kembali ikut olimpiade biologi di UNJ, dan puji Tuhan berkat kerja keras yang didukung bimbingan guru biologi paling The Best se-SMAN 2 Tambun Selatan, Mrs. Wulan Novianti namanya, aku bisa lolos hingga babak terakhir (babak ketiga) dan meraih juara III. lalu, ada lagi kesempatan untuk ikut lomba biologi di UIN Jakarta bersama 2 anak kelas XI, dan Puji Tuhan, semua kesulitan yang kita hadapi saat belajar ternyata membuahkan hasil membanggakan karena kita juara II..
Soal cita-cita, dulu ketika SD aku bercita-cita menjadi guru karena termotivasi oleh mamaku, namun semakin dewasa aku semakin menyadari kemampuanku. Kini guru bukan profesi yang aku idam-idamkan. Harapanku aku bisa lulus SMA dengan nilai UN membanggakan sehingga bisa diterima dan duduk sebagai Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. aku pun mendaftar di UGM lewat jalur SNMPTN dengan jurusan Teknik Kimia dan Teknologi Industri Pertanian. Mungkin banyak orang berrtanya "kenapa gak ambil Biologi murni aja?". tentu aku hanya bisa menjawab, aku gak kuat kalo belajar biologi terlalu murni, aku ingin mengaplikasikan biologi dengan ilmu lain yang bisa menghasilkan sesuatu dari perpaduannya. dan di kedua jurusan inilah, aku menemukan apa yang kumau. Bahkan akupun tak tahu pasti, akan jadi apa aku nanti,. yang jelas aku ingin memiliki profesi yang sesuai dengan bidang dan kepribadianku. yang jelas, aku ingin jadi orang yang sukses dan bermanfaat untuk banyak orang. Semoga semua cita-citaku tercapai dan Tuhan selalu memberkati langkahku. Amin... :))
Sekian
dulu kisah hidupku yang bisa kucurahkan di kertas putih ini. Syukur kepada Tuhan,
karena-Nya aku mampu berdiri dan bertahan hingga saat ini. Terima kasih untuk
orang tuaku, yang tak pernah lelah membimbing dan tak pernah bosan
mengingatkanku jika aku lalai. Terima kasih untuk guru-guruku serta semua orang
yang senantiasa mendukung setiap langkahku, sehingga aku bisa meraih prestasi –
prestasi di sekolah. Juga terima kasih
untuk sahabat-sahabatku yang setia mendengarkan segala keluh kesah dan setia
membuatku tersenyum dalam suka maupun duka. Akhir kata, terima kasih untuk
orang tua dan sahabatku sehingga aku bisa menuliskan autobiografi ini dan
semoga kisah hidupku ini bisa menjadi inspirasi bagi semuanya.
~Berhasil bukan hanya karena berusaha,
tetapi juga karena niat dan ketulusan hati.~