Selasa, 20 Mei 2014

This is Me


Posting kali ini, aku ingin menceritakan sedikit kisah hidupku yang kutulis ketika ada tugas membuat autobiografi di SMA..


Namaku Brigita Riesty Anggraini. Dari kecil, TK, SD, dan SMP aku lebih dikenal dengan nama “Riesty”.  Baru di SMA inilah aku lebih akrab disapa “Brigita” atau “Brigit”, juga “Gita”. Namun, nama panggilan tidaklah  masalah untukku, yang penting aku bisa dikenal dan akrab dengan semua temanku.  “Brigita” adalah nama baptisku karena aku seorang Katholik. Aku lahir pada 26 September 1996 di Cililitan, Jakarta Timur, tepatnya di Bidan Restu. Karena itulah, nama “Riesty” diberikan untukku sebagai kenangan bahwa aku lahir di Bidan Restu. Memang sekilas tidak ada hubungan antara kata “Restu” dengan “Riesty”, tetapi setidaknya nama  “Riesty” lebih cocok untukku daripada nama “Restu”. Lalu, “Anggraini” adalah nama yang diberikan oleh papaku yang artinya anugrah. Aku anak sulung dari 3 bersaudara. Papaku bernama Agustinus Sumaryanto dan mamaku bernama Yohana Sutiyem. Sejak bayi, aku diasuh di rumah oleh saudara dari Yogyakarta karena papa dan mamaku bekerja dari pagi hingga sore hari. Aku memanggilnya “mbah” karena beliau masih  saudara kakekku. Namun, kini beliau telah meninggal dunia tahun 2012 lalu.

Masih teringat cerita beliau, ketika berusia sekitar 5 bulan, aku pernah hampir diculik oleh seorang wanita. Ketika itu, aku tengah digendongnya di depan rumah, lalu datang seorang wanita tak dikenal datang mendekati kami. Wanita itu mencoba menggendongku dan aku pun beranjak dari gendongan “mbah”. Seketika itu juga, wanita itu membawaku lari. “Mbah” pun menangis dan berteriak minta tolong. Beruntung, para tetangga langsung merebut tubuh mungilku dari wanita jahat itu. 

Aku menetap di Jakarta hingga 1998. Karena rumah di Jakarta masih berstatus kontrak, akhirnya saat aku berumur 3 tahun, kami pindah ke Bekasi dan membeli rumah di Kartika Wanasari Blok E2/11, Cibitung. Di umur 4 tahun, aku bersekolah di TK.Vicky di dekat rumahku. Sosok manja sungguh tergambar dalam diriku saat itu. Aku selalu menangis saat masuk kelas, namun apabila “mbah” sudah duduk di bangku kelas, sekejap tangisku reda. Aku bersekolah di TK. Vicky hanya sampai TK.A, TK.B dilanjutkan di TK. Santa Maria Monica, di Regensi 1, Cibitung. Orang tuaku  menyekolahkanku di sana supaya aku mendapat pendidikan agama Katholik.

Kebetulan saat itu, adik pertamaku, Laurencia Okky Wijayanti lahir, tepatnya pada 15 Agustus   2001. Adikku yang satu ini memang sangat berbeda denganku, yakni kulitnya lebih putih. Jelas… karena aku minta adik ketika papa belum lama pulang dari Jepang, setelah beberapa bulan ditugaskan di sana. Mungkin karena papaku lama bergaul dengan orang-orang berkulit putih kali,ya.?  Jadi ketularan putih deh.. Sebenarnya aku maunya adik laki-laki, namun Tuhan berkehendak lain. Ternyata adik pertamaku itu perempuan, tetapi tak apa lah, soalnya karena dia, aku bisa mandiri dengan naik mobil antar-jemput.

Lulus Taman Kanak-Kanak, aku melanjutkan pendidikanku di SD. Santa Maria Monica. Letaknya cukup jauh dari tempat tinggalku, yaitu di Kampung Cerewet, Bekasi Timur. Tahun 2002 aku sudah duduk di kelas 1 SD. Hari pertama masuk Sekolah Dasar, aku sudah diberi soal matematika oleh Ibu Eva. Aku mendapat nilai nol dan aku menangis. Sejak saat itu, papaku menasihatiku agar lebih teliti kalau mengerjakan soal matematika. Aku selalu ingat pesan itu, setiap ulangan, terlebih ulangan matematika, kalau sudah selesai tidak langsung dikumpulkan tetapi kuteliti sampai 2 kali. Begitu pula mamaku, sejak 1 SD hingga 2 SD ia selalu membimbingku belajar bahkan sebelum ulangan aku selalu ditanya-jawab olehnya. Akhirnya pada 22 Mei 2004, aku punya adik laki-laki, Gregorius Kristian Angger Pinastika.  Makanya, sejak kelas 3 SD aku  sudah tidak ditanya jawab karena mamaku sibuk mengurusi adik keduaku. Walaupun begitu, aku tetap semangat dalam belajar sehingga puji Tuhan, nilai rapotku di SD sangat memuaskan, bahkan aku  berhasil mempertahankan prestasiku di peringkat 1 hingga di  SMA ini. Itu semua jelas tidak lepas dari karunia Tuhan juga ketekunanku serta bimbingan orang tuaku selama ini.

Aku juga sering mengikuti lomba-lomba antar sekolah. Saat SD, aku mengikuti lomba calistung mulai dari tingkat gugus hingga kecamatan, dengan prestasi membanggakan, diantaranya juara III saat kelas 1, juga  juara I dan harapan II di kelas 3. Saat kelas 6 SD pun aku meraih Juara Umum dengan nilai Ujian Nasional tertinggi se-SD. Setelah dihitung-hitung sudah ada 12 piala yang kuperoleh dari TK hingga SMP. Melihat prestasiku, papaku mengikutsertakan aku dalam beasiswa Koperasi Astra. Kebetulan papa bekerja di salah satu anak perusahaan PT. Astra Internasional. Beasiswa itu sedikit meringankan biaya SPPku sejak kelas 4 SD hingga 2 SMA ini.

Lulus Sekolah Dasar  tahun 2008, aku melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di tempat yang sama. Di SMP. Santa Maria Monica ini, aku bergabung dengan OSIS. Aku pernah menjabat sebagai Seksi Sains saat kelas VIII, lalu sebagai Bendahara saat kelas IX. Banyak suka duka dalam berorganisasi. Hal yang paling menarik ketika menjadi anggota OSIS adalah ketika razia di kelas. Namun yang menyedihkan adalah ketika dipanggil kepala sekolah karena tidak menghadiri rapat OSIS, padahal saat itu jabatanku Bendahara.

Masa SMP kulalui dengan penuh petualangan bersama sahabat-sahabatku. Yumei, Novi, Ellen, Fanny, Ribkha, dan si kembar Bella-Vista. Sejak SD hingga SMP, aku berangkat pukul 05.30 pagi diantar papaku, sekalian beliau berangkat kerja. Saat SD, pulangnya naik mobil antar-jemput . Waktu SMP,  aku pulang naik angkot bersama sahabat-sahabatku itu. Panas, hujan, canda, tawa, kesal, malu, bahkan tangis pernah kami alami di dalam angkot 12 yang mengantar kami dari sekolah hingga Ampera dan angkot 36 yang mengantar kami dari Ampera hingga sekolah. Satu pengalaman lucu yang tak pernah kami lupa adalah ketika ada seorang bapak memarahi kami karena canda tawa kami di angkot sangat mengganggunya. Ya, kami memang suka berlebihan dan tidak tahu tempat  kalau sudah bercanda. Hahahaha…  Satu pengalaman memalukan, ketika kami pulang sekolah lebih awal, kami memutuskan main ke BTC. Sampai di sana, kami tidak diperbolehkan masuk karena kami memakai baju seragam. Untungnya ada beberapa yang membawa jaket, sedangkan yang tidak bawa jaket, terpaksa, harus membeli baju dulu. Pengalaman itu menjadi pelajaran buat kami, jika ingin mampir ke Mall setelah pulang sekolah, kami harus membawa baju ganti. Maklum, kami memang suka menjelajahi Mall seperti BTC, BS, juga MM, padahal tak ada barang yang ingin kami beli.  

Aku lulus SMP tahun 2011 dengan nilai Ujian Nasional tertinggi se-SMP yaitu dengan NEM 37,2, namun tidak meraih Juara Umum seperti di SD karena ada siswa yang NEM-nya sama denganku tetapi nilai Ujian Sekolahnya lebih tinggi daripadaku.

Kini aku tinggal di Bekasi Regensi 2 Blok  DD1/10, masih di Kecamatan Cibitung. Aku dan keluargaku membeli rumah di sana karena rumah di Kartika Wanasari dirasa tidak cukup menampung banyaknya barang seiring bertambahnya kebutuhan kami sekeluarga. Kami menetap di perumahan itu sejak 6 Juli 2011 hingga saat ini.

Sejak TK, SD, SMP aku mengenyam pendidikan di sekolah swasta Katholik. Aku memutuskan untuk mendaftar di SMA Negeri, karena aku ingin merasakan bagaimana persaingan di sekolah negeri, juga ingin mempunyai banyak teman dengan  beragam agama. Banyak saudaraku yang menyarankan agar mendaftar di SMA-SMA pilihan di Jakarta. Sementara papaku menyarankan ke SMA-SMA pilihan di Kota Bekasi, tetapi dengan pertimbangan yang matang aku pun memutuskan untuk mendaftar di SMAN 2 Tambun Selatan.

Sejak TK pulalah aku bersahabat dengan Yumei Yohana Saraningsih. Bahkan, ketika mendaftar di SMAN 2 Tambun Selatan ini pun, aku dan dia berusaha bersama menempuh setiap langkah yang harus dilalui untuk dapat diterima di kelas Bilingual SMAN 2 Tambun Selatan ini. Mulai dari, mencari informasi tentang sekolah ini, membeli formulir hingga melihat hasil tes yang puji Tuhan memuaskan. Semua itu kita lakukan bersama tanpa campur tangan orangtua langsung yang terkesan merepotkan mereka.

Akhirnya aku diterima di SMAN 2 Tambun Selatan ini dengan nilai test tertinggi. Pertama masuk SMA, aku duduk di kelas X.2, kelas yang letaknya di atas terpisah dengan kelas X lainnya. Walau begitu aku tetap senang dan nyaman bahkan berasa seperti keluarga sendiri. Di SMA ini aku sempat bergabung dengan ekskul Nihon no Sekai hingga kelas X semester 1 saja. Setelah itu aku tidak ikut organisasi apapun.  Sungguh berbeda dengan SMP, dimana aku aktif berorganisasi. Semua ini karena aku ingin fokus dengan kegiatan belajarku, yang dimulai dari pukul 07.00 pagi hingga 04.40 sore. Aku tahu berorganisasi itu penting, tetapi aku sadar bahwa aku mudah lelah dan mudah marah kalau sudah kelelahan. Jadi, lebih baik fokus untuk belajar dulu deh.. Di kelas X aku juga mengikuti beberapa lomba, walaupun tidak meraih juara diantaranya Olimpiade Biologi di ITS dan UIN, serta Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bekasi. Naik kelas XI aku duduk di kelas XI IPA 2. Kelas dengan beraneka karakter, mulai dari yang pendiam, lucu, usil, bijak, kreatif hingga yang  doyan  musik Korea. Di kelas XI ini aku juga pernah mengikuti  Olimpiade Biologi di UNJ. Olimpiade tersebut sungguh  menyesakkan hati karena aku mendapat peringkat ke-21, sementara hanya 20 besarlah yang lolos ke babak selanjutnya.

Di kelas XII aku kembali ikut olimpiade biologi di UNJ, dan puji Tuhan berkat kerja keras yang didukung bimbingan guru biologi paling The Best se-SMAN 2 Tambun Selatan, Mrs. Wulan Novianti namanya, aku bisa lolos hingga babak terakhir (babak ketiga) dan meraih juara III. lalu, ada lagi kesempatan untuk ikut lomba biologi di UIN Jakarta bersama 2 anak kelas XI, dan Puji Tuhan, semua kesulitan yang kita hadapi saat belajar ternyata membuahkan hasil membanggakan karena kita juara II.. 

Soal cita-cita, dulu ketika SD aku bercita-cita menjadi guru karena termotivasi oleh  mamaku, namun semakin dewasa aku semakin menyadari kemampuanku. Kini  guru bukan profesi yang aku idam-idamkan. Harapanku aku bisa lulus SMA dengan nilai UN membanggakan sehingga bisa diterima dan duduk sebagai Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. aku pun mendaftar di UGM lewat jalur SNMPTN dengan jurusan Teknik Kimia dan Teknologi Industri Pertanian. Mungkin banyak orang berrtanya "kenapa gak ambil Biologi murni aja?". tentu aku hanya bisa menjawab, aku gak kuat kalo belajar biologi terlalu murni, aku ingin mengaplikasikan biologi dengan ilmu lain yang bisa menghasilkan sesuatu dari perpaduannya. dan di kedua jurusan inilah, aku menemukan apa yang kumau. Bahkan akupun tak tahu pasti, akan jadi apa aku nanti,. yang jelas aku ingin memiliki profesi yang sesuai dengan bidang dan kepribadianku. yang jelas, aku ingin jadi orang yang sukses dan bermanfaat untuk banyak orang. Semoga semua cita-citaku tercapai dan Tuhan selalu memberkati langkahku.  Amin... :))

Sekian dulu kisah hidupku yang bisa kucurahkan di kertas putih ini. Syukur kepada Tuhan, karena-Nya aku mampu berdiri dan bertahan hingga saat ini. Terima kasih untuk orang tuaku, yang tak pernah lelah membimbing dan tak pernah bosan mengingatkanku jika aku lalai. Terima kasih untuk guru-guruku serta semua orang yang senantiasa mendukung setiap langkahku, sehingga aku bisa meraih prestasi – prestasi di sekolah.  Juga terima kasih untuk sahabat-sahabatku yang setia mendengarkan segala keluh kesah dan setia membuatku tersenyum dalam suka maupun duka. Akhir kata, terima kasih untuk orang tua dan sahabatku sehingga aku bisa menuliskan autobiografi ini dan semoga kisah hidupku ini bisa menjadi inspirasi bagi semuanya.


           

~Berhasil bukan hanya karena berusaha, tetapi juga karena niat dan ketulusan hati.~