Baiklah, setelah membaca autobiografiku, sekarang aku mau berbagi pengalaman yang sebenernya pahit, tapi pada akhirnya pun manis... semoga bisa menjadi inspirasi kalian..
Oke, sebagai anak kelas 3 SMA sudah sangat wajar mengalami rasa galau. wait.. bukan galau karena cinta ya, tapi galau lebih - lebih lagi karena mikirin "mau ambil jurusan apa nih? di univ mana nih? aduhh nanti lolos gak ya?" heehm.. semua perasaan itu, membuat siswa akhir SMA ini mengambil beberapa jalur masuk di beberapa PTN. berapa pun biaya pendaftarannya, akan tetap di'jabanin' demi mempunyai cadangan PTN sebanyak-banyaknya. Begitu pun dengan aku saat itu..
Sebelum
UN, aku mendaftar Program diploma di IPB
dan Politeknik Bandung melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Bakat). Hanya
dengan biaya Rp 50.000,- aku pun mendaftar Politeknik Bandung di 1 jurusan saja
yaitu Akuntansi. Sebenernya aku gak suka akuntansi, tapi ini rekomendasi
papaku, yasudahlah ikuti saja. Hehe… dan, aku pun mendaftar Diploma IPB dengan
pilihan jurusan : Supervisor Jaminan Mutu Pangan dan Analisis Kimia, dengan
biaya Rp 250.000,-. Aku sejak awal
memang tertarik untuk mempelajari makanan. Berawal ketika aku menonton Program
Televisi Swasta yang cukup terkenal dengan tokoh “Pak Ogah”nya itu loh..
episode-episodenya sering menayangkan proses pembuatan makanan di
pabrik/industry kecil hingga besar. Aku senang aja lihatin itu, dan sering
banget mikirin siapa sih yang dengan hebat menciptakan proses itu. Setelah
kucari tahu ternyata yang berperan penting dalam pembuatan proses itu adalah
lulusan kimia (teknik kimia paling banyak) dan lulusan teknologi pangan. Bahkan
saking penasarannya, aku dan seorang temanku yang sama minatnya denganku, mencari-cari di internet tentang lowongan pekerjaan di
industry makanan & minuman gitu. And.. That’s right! Paling banyak
dibutuhkan tenaga kerja dari teknik kimia dan teknologi pangan. Waaaw….!!!
Aku pun semakin
bersemangat belajar kimia, biologi, fisika nya. Aku tidak ingin hanya sekedar
hafal rumus, lalu bisa mengerjakan soal ulangan, terus dapet nilai bagus dan
bangga. Tidak. Aku harus mencari tahu lebiiih dalam, kenapa bisa jadi rumus
itu, terus apa aplikasinya dalam hidup sehari-hari. Begitupun aku didukung oleh
teman-teman yang suka bertanya dan memintaku untuk menjelaskan materi 3
pelajaran IPA tersebut, sehingga aku makin semangat memperdalamnya supaya bisa
menjelaskan ke mereka dengan sejelas mungkin dan semampuku. ^__^
Pendaftaran
SNMPTN pun dibuka, waktu itu dibuka mulai 17 Februari – 21 Maret 2014. Semua
anak-anak SMA pasti sudah jauh-jauh hari memikirkan pilihan program studi di
SNMPTN. Kami semua mulai mencari informasi-informasi agar tidak salah langkah
dan tidak salah pilih jurusan di SNMPTN. Menurut nasihat dari kepala sekolah
dan guru-guru terutama guru BK dan wali kelas, alangkah baik jika kita menaruh
pilihan yang realistis di SNMPTN, kita harus sadar kemampuan kita dengan
melihat nilai rapot dan jangan memaksakan kehendak kita, sebab kita juga harus
melihat indeks prestasi sekolah dan alumni di PTN yang kita tuju. Dengan
demikian, maka peluang diterimanya kita di PTN pun semakin besar. Aku pun
kembali memikirkan pilihanku…
Pilihanku
pun tertuju pada UGM dan IPB. IPB kupilih karena aku mengincar Teknologi Pangannya yang jelas bagus akreditasinya. Alasanku
memilih UGM, ya, karena aku mau
membanggakan keluargaku. Tidak ada alasan konkrit yang jelas kenapa aku memilih
UGM, sebab setiap kali nama Gadjah Mada itu terdengar di telingaku, aku merasa terpanggil
layaknya sudah menjadi mahasiswanya. Namun, karena kedua universitas negeri
ternama itu sama-sama ketat persaingannya, maka aku harus memilih salah satu
untuk memperbesar peluang diterima. Tentunya..Universitas Gadjah Mada adalah
pilihanku. Di SNMPTN ini aku memilih program studi Teknik Kimia dan Teknologi
Industri Pertanian. Dengan pertimbangan, aku bisa bekerja di industry pangan
atau hasil pertanian, di bagian processing maupun research and developmentnya. Saat
itu aku tidak memilih teknologi pangan dan hasil pertanian karena grade antara
teknik kimia dan TPHP sangat dekat. Sementara saat itu aku sangaaat ingin jadi
seorang wanita teknik, so aku tetap menaruh pilihan pertama di teknik kimia.
Sembari
menunggu pengumuman SNMPTN, diploma IPB dan PolBan, aku berniat mengikuti tes
di salah satu Sekolah Tinggi Kedinasan, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
(STIS). Motivasiku ikut STIS ini memang hanya sebagai cadangan dan memang ini
rekomendasi teman papaku yang mengatakan bahwa sekolah kedinasan ini bagus
karena dijamin kerja, gratis dan diberi uang saku lagi setiap bulannya. Orang
tua mana sih yang tidak bangga jika anaknya bisa masuk ke STIS ini. Nah, atas
dasar itulah aku memutuskan untuk mendaftar STIS dengan biaya Rp 300.000,-.
Ternyata
hasil seleksi PMDK diploma IPB diumumkan tanggal 3 Mei 2014, dan aku
benar-benar shock karena aku tidak LOLOS. Padahal jurusan yang kupilih itu
tidak tinggi, dan guru BK pun meyakinkan aku jika aku pasti lolos. Sedih banget
pas itu, tetapi aku bersyukur punya seorang teman yang selalu bikin aku merasa kuat. Elvan, temanku yang satu ini, juga punya mimpi yang sama denganku yaitu di kuliah di
UGM. Motivasinya tak lepas dari sosok kakaknya yang selalu menjadi dorongan
untuk dirinya. Saat itu, dia yang memberiku semangat dengan kalimatnya
yang hingga saat ini masih kuingat “ Lo orang hebat, lo selalu hebat, lo akan
selalu hebat, dan akan ada hal hebat yang datang. Inget git, Tuhan selalu
menilai orang dari usahanya!” Kalimat itu seketika mencharge lagi semangatku
untuk terus belajar terutama untuk persiapan tes di STIS.
Tibalah tanggal
10 Mei. Aku mengikuti tes tahap 1 STIS yaitu
tes potensi akademik, yang terdiri atas Matematika, Bahasa Inggris dan
Pengetahuan Umum. Kebetulan, aku dapat lokasi tes di Universitas Darma Persada,
Pondok Kopi, Jakarta Timur. Papaku pun dengan semangat mengantarku ke tempat
tes, dan sembari menunggu aku, papa singgah di rumah sepupuku. Usai sudah tes
tahap pertama. Aku cukup puas bisa mengerjakan soal-soal dengan maksimal dan
yakin jika apa yang sudah kujawab itu benar semua. Syukur puji Tuhan, soal matematika yang kujawab itu
benar semua, namun ternyata bahasa inggris dan pengetahuan umum ku banyak yang
salah setelah aku cek di buku toefl dan googling. Khawatir pun melandaa….
Tetapi, kehendak Tuhan berkata lain, tanggal 20 Mei , 2014 aku mendapat karunia
yaitu lulus UN dengan NEM tertinggi dari 1 angkatan sekaligus lolos tes tahap 1
STIS. Waah…. Betapa bahagianya aku dan orang tuaku, karena aku berhasil
melewati tahap tersulit dari 3 tahap seleksi STIS. Saatnya daftar ulang untuk
tes tahap 2 yakni Psikotest yang akan berlangsung tanggal 31 Mei 2014 di Kampus
STIS, Jl. Otista, Kp. Melayu-Jakarta Timur.
Saat itu
sebenarnya aku tidak terlalu banyak berharap bisa jadi mahasiswa STIS, karena
tantangannya berat sekali yaitu harus ikatan dinas di BPS selama 4 tahun,
sedangkan aku gak yakin bisa survive kalau harus bekerja di bidang yang itu-itu
aja. Jadinya, saat psikotes itu, aku hanya bisa berdoa dan meminta sama Tuhan,
jalan yang terbaik untukku. Hari sabtu itu kujalani psikotes yang sangat
panjang, ada 8 jenis tes, ada sinonim-antonim, tes spasial, hitungan, wartegg
test (membuat gambar dari guratan sederhana ), hingga tes kepribadian. Dalam
benakku, psikotes ini akan menunjukkan apakah kepribadianku benar-benar cocok
di bidang statistic dan kedinasan atau tidak. Yap. Optimis tetap, namun aku
tetap pula berharap besar di UGM.
Beberapa
hari setelah psikotest itu, tepatnya tanggal 27 Mei 2014, pukul 12 siang aku
pun menerima pengumuman SNMPTN. Hari itu kuingat selalu pesan Bu Nur,wali
kelasku di kelas 3, yang mengatakan
bahwa “untuk masuk UGM yang gradenya tinggi, kamu harus siap mental ya. Karena
sulit, jangan sampai kecewa berat ketika harus melihat teman-temanmu yang biasa
saja bisa lolos PTN”. Jeng..jeng…. Anda dinyatakan TIDAK LOLOS SNMPTN. Seketika
melihat hasil pengumuman itu, hatiku sudah cukup kuat menahan rasa kecewa dan mataku
hanya berkaca-kaca saja karena itu artinya aku masih harus menyusahkan orang
tuaku untuk mendaftarkanku ujian – ujian lainnya termasuk SBMPTN. Langsung hari
itu, aku pun menuju warnet untuk mendaftar SBMPTN.
Hari itu,
aku baru mengisi biodata saja, aku belum memilih prodi dan panlok. Keesokan
harinya, aku berkonsultasi dengan guru di Ganesha Operation, salah satu bimbel
ternama di Indonesia, dimana aku baru bergabung 1 semester akhir ini. Aku tetap
kekeh memilih UGM, karena UGM lah cita-citaku sejak awal SMA bahkan sejak SMP
ketika ditanya mau kuliah dimana, selalu jawabnya UGM.. Awalnya aku mau
memasukkan jurusan Teknologi Pangan-IPB di pilihan kedua agar aku bisa tes di
Bekasi. Namun itu dicegah oleh Bu Welmi, karena itu hanya akan memperkecil
peluangku. Dan setelah dipertimbangkan dengan melihat passing grade di buku
‘SMS’ alias buku Strategi Menuju Sukses milik GO, aku pun memilih ketiga
jurusannya di UGM, yakni : Teknologi Pangan & Hasil Pertanian (TPHP),
Statistika, dan Teknologi Industri Pertanian. Lokasi ujian pun aku pilih di
Jogjakarta. No problem… karena ini kumaknai sebagai kesempatan terindah untuk
bisa tes di Jogja demi mendapatkan universitas kebanggaan Jogjakarta. Tepatnya aku dapet lokasi test di Fakultas
Farmasi-UGM, yang aku senangnya, tempat ini pernah kukunjungi waktu tour
perpisahan SMA, jadi gak asing lagi deehh. Hehehe…
Aku sangat
khawatir dan takut dengan hasil SBMPTN-ku, karena saat aku check dengan kunci
jawaban di GO, ternyata Biologinya banyak yang salah, bahkan scorenya minus.
Namun aku hanya bisa pasrah sama Tuhan, apapun hasilnya akan kuterima dengan
ikhlas. Tanggal 17 Juni di malam hari, aku mendapat pengumuman, bahwa aku tidak
lolos di Akuntansi Politeknik Bandung (PolBan). Seketika, air mataku mengalir,
bukan karena aku sedih tidak dapat itu, tetapi aku merasa nilai rapot yang
telah kuperjuangkan selama 3 tahun di SMA ini tidak berhasil membuatku masuk di
PTN. Tanggal 22 Juni, aku mendapat pengumuman STIS tahap kedua yang menyatakan
aku tidak lolos. Sedih dan kecewa gak karuan saat itu. Rasa sesal tidak ikut
UTUL UGM di Jogja, karena yakin bisa lolos STIS dan tanggal 23 Juni tes tahap 3
pun melanda perasaanku..
Selepas itu, aku memutuskan untuk mendaftar IPB dan UNDIP melalui jalur Ujian Mandiri. Ujian Mandiri IPB yang dikenal dengan UTMI (Ujian Talenta Masuk IPB) kuikuti pada tanggal 12 Juli 2014. Puji Tuhan, ketika itu, Bu Nur, wali kelasku menyarankan aku agar sebelum tes menginap di kos-an anaknya, supaya aku tidak perlu mencari tempat penginapan. Aku pun mengikuti UTMI dengan pilihan jurusan Teknologi Pangan dan Teknologi Industri Pertanian.
Namun, puji Tuhan, sebelum pengumuman UTMI dan pelaksanaan UM UNDIP (tanggal 19 Juli 2014), aku telah mendapat anugrah terindah,, Tanggal 16 Juli 2014 adalah tanggal bersejarah buatku, tanggal yang mungkin paling indah selama 17 tahun hidupku. Aku lolos SBMPTN
di Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM. Hari itu, Elvan yang pertama
kali tahu bahwa aku lolos SBMPTN, dia yang membuka pengumuman
untukku, karena hari itu tidak ada sinyal Indosat di rumahku akibat hujan
deras. Daan… ketika short message
darinya masuk di handphoneku,
seketika itu pulalah air mata pun mengalir seiring derasnya air hujan di luar
rumah. Aku sangat bahagia bisa membuat mamaku menangis haru memelukku setelah
sekian banyak PTN yang menolakku, akhirnya aku benar-benar mendapatkan apa yang kucita-citakan. Namun
rasa bahagiaku ini tak sepenuhnya, karena Elvan tidak lolos di SBMPTN dan Ujian mandiri.
Itu artinya keinginan kita untuk satu universitas tidak tercapai. Tapi belum..
akhirnya Elvan ikut Ujian Mandiri (Utul) gelombang 2 untuk sekolah vokasi, dan dia lolos. Puji
Tuhan, Tuhan mengabulkan impian
kami untuk menempuh pendidikan di universitas ini. Terimakasih Tuhan sebab kami bisa sama-sama
membuktikan bahwa jika kita berani bermimpi dan berani
berkomitmen, kita dapat meraih apa yang menjadi harapan kita, sesulit apapun jalan yang harus dilalui.
Sungguh betapa
berat memang perjuangan untuk meraih apa yang diinginkan oleh manusia. Manusia
hanya bisa memilih dan berusaha yakin dengan pilihan, namun Tuhanlah yang
menentukan tempat pilihan-Nya yang tepat untuk setiap umat-Nya yang selalu mau
bersyukur.Syukur padaMu ya Tuhan, Kau mengabulkan permohonanku. Berkat
Tuhan, aku bisa membuat orang tuaku tersenyum dan bangga. Namun rasa bangga
itu, tidaklah membuatku merasa lebih hebat. Melainkan membuatku untuk terus
memacu kemampuan dengan sepenuh hati untuk bisa menjadi orang yang sukses,
orang yang hebat dan mampu berkontribusi untuk negeri ini.
Terimakasih mama, papa, mbah dan smua keluargaku. Dan tak lupa terimakasih untuk guru-guru SMA ku, terutama Bu Wulan, Bu Nur, dan Bu Eha.. Terimakasih teman-teman, terutama keluarga kecilku, 12 ipa 2, juga sahabat kecilku, Yumei, Ines, Della,. karena kalian, karena dukungan dan doa kalianlah, aku yakin aku bisa melewati tantangan ini.
ya.. begitulah kira-kira pengalamanku, pengalaman yang bener-bener membuat aku seperti jungkir balik. aku gak pernah mengalami hal seperti ini,. Tuhan sepertinya ingin menguji imanku, Tuhan mungkin ingin mengetes seberapa besar harapanku kusandarkan pada-Nya dan Tuhan benar-benar ingin menempatkan aku di tempat yang tepat untuk aku jalani. ya disini.. di Jurusan TPHP. Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada. disini aku yakin, aku harus bisa belajar dengan sungguh-sungguh, aku harus berani menghadapi tantangan apapun di dalamnya dan aku harus bisa memberi yang terbaik. Amin..
----Sebenarnya dari setiap pengalaman, pasti ada hikmahnya, pasti ada maksud
dari apa yang kita alami. Sabar menanti waktu Tuhan adalah salah satu modal
utama agar kita selalu bersyukur pada apapun yang kita raih. Tuhan tak kan
pernah terlambat, tak kan pernah lebih cepat, semuanya Dia jadikan tepat dan
indah pada waktu-Nya.