Minggu, 09 April 2017

SUWEG : Si Umbi ‘Ndeso’ Kaya Manfaat

SUWEG :  Si Umbi ‘Ndeso’ Kaya Manfaat

Pernahkah kalian mendengar tentang Suweg? Mungkin teman-teman yang sudah kuliah KPHP (Kimia Pangan & Hasil Pertanian) sering mendengar dosen kita menyebut-nyebut nama itu. ‘Ndeso’ memang kesannya, tapi siapa sangka jika umbi ‘ndeso’ ini memiliki beberapa manfaat yang membuatnya populer di kalangan para peneliti, pakar kesehatan maupun inovator pangan. Suweg atau yang lebih dikenal dengan porang merupakan tanaman umbi – umbian asli dari Asia Tenggara dan tumbuh di hutan-hutan kawasan Malasyia, Filipina, dan India bagian selatan. Suweg biasanya tumbuh di bawah naungan. Ketika musim kemarau, batang dan bunga suweg tidak nampak di atas tanah. Untuk mengambilnya, petani akan menggalinya dengan cangkul.
Tanaman bernama latin Amorphophallus paeoniifolius ini rupanya berkerabat dekat dengan tanaman bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum). Karena itulah, pada saat bunga suweg ini mekar, maka akan mengeluarkan aroma seperti bau bangkai yang mengundang lalat untuk membantu penyerbukannya. Tanaman umbi suweg ini juga seringkali disamakan dengan iles-iles, karena keduanya sama-sama menghasilkan umbi yang dapat dimakan dan ada kemiripan morfologi daun pada fase vegetatifnya. Namun demikian,  keduanya memiliki ciri yang dapat dibedakan, diantaranya dari warna umbi dan tangkai daunnya. Warna umbi suweg yaitu putih, seringkali dengan semburat warna merah jambu atau ungu, sementara iles-iles warna umbinya kuning. Selain itu, tangkai daun suweg memiliki permukaan yang kasar bila diraba dan tidak memiliki tonjolan berwarna cokelat kehitaman pada bagian percabangannya, sementara iles-iles memiliki permukaan halus dan memiliki tonjolan tersebut.
Sumber : http://www.biodiversitywarriors.org/suweg-panganan-desa-super-manfaat.html
Kandungan gizi dalam 100 gram umbi suweg meliputi :
Karbohidrat      = 15,7 gr
Protein             = 1 gr
Lemak              = 0,1 gr
Kalsium            = 62 mg
Fosfor              = 41 mg
Zat Besi            = 4 mg
Vitamin B1       = 0,07 mg
Vitamin C         =  5 mg
Energi               = 69 kkal                                            
Sumber : Kemenkes RI,2012
Menurut penelitian Didah Nur Faidah dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, suweg termasuk umbi-umbian dengan kandungan serat yang cukup tinggi sehingga berpotensi menjadi sumber pangan fungsional khususnya untuk penderita penyakit degeneratif seperti diabetes. Dari penelitiannya, diperoleh bahwa kandungan karbohidrat suweg bisa mencapai 18%-21%, dengan kadar serat sebesar 15,09% dari total karbohidratnya.  Kandungan serat inilah yang membuat suweg memiliki nilai Indeks Glikemik (IG) yang cukup rendah yaitu sebesar 42, dibandingkan dengan sumber karbohidrat umumnya seperti nasi putih (IG = 80), singkong (IG = 78), dan ubi jalar ( IG = 179). Bahan pangan dengan indeks glikemik rendah (IG < 55) akan memberi respon yang rendah dalam peningkatan kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat mencegah kenaikan kadar gula darah (Marsono, 1999). Oleh karena itulah suweg sebagai salah satu sumber serat pangan dapat dijadikan pangan alternatif bagi penderita diabetes.
Dilihat dari kandungan gizi yang dikandungnya, suweg dapat memiliki manfaat bagi kesehatan. Tak hanya mencegah diabetes, konsumsi serat pangan dalam jumlah tinggi akan memberi pertahanan pada manusia terhadap timbulnya berbagai penyakit seperti kanker usus besar, penyakit kardiovaskular, obesitas dan kolesterol tinggi dalam darah. Selain itu, suweg juga bersifat anti-inflamasi, antiracun, pencegah pendarahan dan sebagai obat luka, sehingga umbi suweg segar seringkali dimanfaatkan untuk obat bisul maupun luka akibat terkena bisa dari hewan beracun.
 Dengan potensinya sebagai sumber serat pangan itu, kini suweg mulai banyak dibudidayakan di Indonesia, diantaranya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Umbi suweg juga mulai diolah menjadi bentuk tepung agar lebih mudah dalam pemanfaatan atau aplikasinya dalam pengolahan produk pangannya. Cara pengolahan umbi suweg menjadi tepung adalah sebagai berikut : umbi suweg yang sudah dicabut dan dibersihkan dari kotoran dan tanah yang menempel, kemudian dikupas dan diiris tipis, lalu dicuci dengan air bersih dan garam untuk menghilangkan gatalnya. Setelah itu, umbi dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50 °C selama 18 jam atau bisa dijemur di bawah sinar matahari sampai kering. Selanjutnya, umbi suweg kering tersebut diblender/di-grinding dan diayak untuk mendapatkan tepung halus ukuran 60 mesh. Tepung suweg selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan produk-produk bakery diantaranya cookies, cake, dan makanan ringan lainnya. Dengan demikian, pengolahan umbi suweg menjadi tepung ini diharapkan mampu menjadi pangan alternatif pengganti terigu, sehingga dapat membantu Indonesia dalam mengurangi impor gandum dan meningkatan potensi pangan lokal  hasil tanah negeri  sendiri.
Referensi :
Marsono,Y. 1999. GI of Indonesian Starchy Foods. dikutip dari Materi Kuliah Ilmu Gizi : Carbohydrate Digestion and Food Glycemic Index. Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, UGM 

Kamis, 06 Agustus 2015

FROM WASTE TO ENERGY 
Ditulis sebagai Review Kajian Ilmiah Sore Agritech Study Club
Oleh: Dr. Ria Millati, ST.,MT.

              Pernahkah kalian melihat sisa makanan terbungkus plastik atau sayuran dan buah membusuk bersama bahan-bahan plastik yang menumpuk di pinggiran jalan atau pinggiran sungai? Apa yang kalian rasakan? Jijik? Tentu. Prihatin? Bisa jadi. Berniat membuangnya ke tempat yang seharusnya? Jawabannya belum tentu mau. Inilah yang menjadi fenomena miris yang bisa dilihat langsung di lingkungan sekitar kita. Masih banyak masyarakat kita yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya kebersihan lingkungan. Kesadaran kebersihan saja belum terbangun, bagaimana mungkin bisa sadar untuk mengolah sisa-sisa itu menjadi sesuatu yang bermanfaat?

                Seringkali kita masih menyamakan limbah dan sampah. Memang apa bedanya? Bukankah sama-sama barang sisaan? Baik sisa hasil produksi industri, sisa rumah tangga, dan juga sisa karena pembusukan? Ternyata keduanya punya arti yang berbeda. Limbah dan sampah (PADAT, GAS, CAIR) pada dasarnya suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif (Millati,2015). Perbedaannya ialah limbah dapat dimanfaatkan kembali sedangkan sampah merupakan zat sisa yang benar-benar sudah tidak bisa dimanfaatkan kembali, bisa berupa zat sisa dari pengolahan limbah.

                Berdasarkan data statistik dari Waste Statistic of Indonesia tahun 2008, diketahui bahwa open dumping atau pembuangan limbah di area terbuka memiliki presentase paling tinggi, yaitu sebesar 68,6%. Disusul oleh landfilling dan composting, pembakaran sampah, dan pembuangan ke sungai. Landfill  berupa area yang dibuat lebih rendah dari tanah/lahan sekitarnya untuk menimbun sampah, yang memang tidak dapat di-recycle atau di-reuse (Scottish Environment Protection Agency, 2014). Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan transformasi kebijakan dan strategi, yaitu dengan memaksimalkan reduce-reuse-recycle dan meminimalkan disposal/pembuangan di landfill.
Limbah apapun baik itu padat atau cair, baik itu organik maupun anorganik, harapannya ialah jangan sampai disia-siakan. Mengapa sampai begitu tajamnya perhatian dari pemerintah dan seharusnya kita sebagai masyarakat terhadap limbah? Cobalah kita tengok seberapa banyakkah cadangan energi yang negara kita miliki. Mungkin kita sudah tak kaget ketika pernah terjadi kelangkaan BBM di beberapa daerah, juga pemadaman listrik secara bergilir. Ya...Seperti itulah kondisi negara Indonesia saat ini. Jumlah penduduk yang makin meningkat serta proporsi  konsumsi pada beberapa jenis sumber energi seperti minyak bumi dan bahan bakar fosil lainnya yang relatif tinggi, memaksa negara untuk terus menghemat pemakaian energi yang sumbernya kini mulai menipis.  Kurang lebih permasalahan inilah yang menuntut sinergisitas antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat untuk mampu menciptakan energi terbarukan.  Bahkan pemerintah memiliki visi 25/25, yang maksudnya pemerintah menargetkan pada tahun 2025 : energi terbarukan dapat memberi kontribusi 25% dari total sumber energi lainnya seperti gas alam, minyak bumi, dan batu bara.

Salah satu bentuk energi terbarukan yang sampai saat ini masih diusahakan yaitu BIOGAS. Biogas diperoleh dari proses fermentasi limbah organik seperti limbah pertanian maupun limbah pengolahan hasil pertanian. Limbah tersebut antara lain dapat berupa kotoran ternak, sisa buah dan sayur, jerami, bonggol jagung, dan lain-lain. Limbah tersebut ditempatkan dalam area yang didesain tidak ada oksigen (dalam skala besar: Biogas Fermentor, dalam skala laboratorium: Reaktor Balon),  kemudian diuraikan dengan bantuan bakteri anaerob, hingga dihasilkan gas metana (CH4). Gas ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor gas dan beberapa jenis kendaraan.

Rasanya perlu untuk membandingkan negara kita dengan negara-negara maju di Eropa yang sudah rapi pengolahan limbahnya, seperti Swedia. Negara Swedia ini menerapkan konsep ZERO WASTE. Dan konsepnya dapat berjalan baik karena didukung kesadaran juga dari masyarakatnya. Buktinya tiap rumah tangga di Swedia sudah memisahkan antara sampah organik dan anorganiknya. Sampah organik ditempatkan di plastik hitam dan anorganik di plastik putih. Begitu sampai di tempat pengolahan limbah, plastik-plastik ini sudah dipisahkan secara otomatis. Kemudian sampah organiknya seperti sisa makanan masuk ke digestor lalu ada yang masuk ke biogas fermentor untuk memproduksi biogas dan sebagian ada yang menjadi pupuk (biofertilizer), sedangkan sampah anorganik seperti plastik melalui proses pembakaran. Energi panas yang dilepaskan dari pembakaran (combustion) ini dapat menggerakkan turbin uap dengan daya mencapai 132 GWh dan menjadi sumber energi jaringan pemanas pada suatu daerah dengan daya mencapai 632 GWh. Dengan proses itulah, ternyata memang benar konsep Zero Waste yang mereka terapkan sebab memang benar tidak ada sampah yang terbuang sia-sia.

Dari contoh negara Swedia itulah, harusnya kita yakin pula bisa memiliki pengolahan limbah yang demikian sistematisnya. Limbah apapun, baik dari rumah tangga, industri, maupun pertanian  bisa jadi produk berkualitas. Melalui proses biologis, bisa diihasilkan biogas, bioetanol, dan biopolimer; melalui proses kimia bisa dihasilkan biodiesel dan zat kimia tertentu; melalui proses recycling sampah-sampah anorganik seperti kaca, plastik, dan kertas dapat menjadi bernilai ekonomis; serta melalui konversi dapat dihasilkan energi listrik, panas, dan energi untuk pendinginan (chilling).


Dalam pemanfaatan limbah ada 5 hal yang menjadi fokus, yakni : karakteristik, ketersediaan, teknologi, dampak lingkungan serta keuntungannya. Jika itu semua sudah digenggam, sekarang.. tinggal sejauh mana masyarakat Indonesia bersinergi dengan pemerintah dan ilmuwan untuk mau dan mampu memanfaatkan limbah ini.  Seharusnya sekarang kita sudah sadar bahwa limbah telah  menjadi potensi energi terbarukan. Suatu saat nanti atau bahkan mungkin  mulai saat ini, limbah menjadi sebuah kebutuhan, karena berpotensi mampu menjaga ketahanan energi di bumi kita ini. 

Jadi.. jika kamu masih ingin lampu bisa terus menerangi kamarmu, jika kamu masih ingin bisa naik motor ke kampus, dan jika kamu masih ingin bisa memasak dengan kompor gas..masih maukah kamu menyia-nyiakan limbah?   (Brigita Riesty, 2015)

Rabu, 08 April 2015

WASPADAI MAKANAN BER-BORAKS

BORAKS

Sudah kenalkah dengan Boraks ?

Boraks lebih dikenal dengan istilah ‘pijer’ atau  ‘bleng’  (dalam bahasa Jawa) .

Boraks dijumpai dalam bentuk serbuk kristal lunak  yang berwarna putih dan transparan, tidak berbau dan larut dalam air.

Senyawa kimia ini memiliki nama natrium tetraborate decahydrate . Boraks mempunyai nama lain natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat.
        

          Buat apa sih Boraks ?

Biasanya Boraks dipakai untuk:
·         antiseptik
·         zat pembersih
·         bahan baku pembuatan detergen
·         pengawet kayu
·         antiseptik kayu
·         pengontrol kecoak (hama)
·         pembasmi semut dan lainnya.


Sayangnya... Boraks sering disalahgunakan untuk industri pangan

Beberapa produk pangan seperti baso, mie basah, kerupuk, tahu, dan siomay menggunakan boraks, yang lazimnya tidak untuk dikonsumsi.

Boraks ditambahkan pada makanan yang akan dijual agar makanan tersebut menjadi lebih kenyal dan terlihat lebih menarik.


          Apa efeknya mengkonsumsi makanan ber-Boraks ini?

Bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup tinggi dapat menyebabkan muntah, pusing, gangguan pencernaan, dan hilang nafsu makan.

Mengkonsumsi  makanan ber-Boraks terus menerus menyebabkan boraks akan terserap dan menumpuk dalam tubuh,  hingga lama kelamaan akan berdampak pada kerusakan pada hati dan ginjal.


          Konsumen cerdas perlu mengenali ciri-ciri makanan ber-Boraks..
 
ü  Ciri-ciri mie basah mengandung boraks:
Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.

ü  Ciri baso mengandung boraks:
 Teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
---- uji boraks pada baso : coba lempar ke lantai, bila memantul berarti basonya mengandung boraks----

ü  Ciri-ciri jajanan (seperti lontong) mengandung boraks:
Teksturnya sangat kenyal, berasa tajam,seperti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan memberikan rasa getir.

ü  Ciri-ciri kerupuk mengandung boraks:
Teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir



JADILAH KONSUMEN YANG TELITI DAN CERDAS.
KENALI CIRI-CIRINYA DAN PILIHLAH MAKANAN DI TEMPAT YANG MEYAKINKAN BAHWA MAKANAN YANG DIJUALNYA TIDAK MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA
UNTUK DIKONSUMSI.

Sumber:






         


Senin, 27 Oktober 2014

Semuanya Dia Jadikan Indah pada Waktunya

                  

Baiklah, setelah membaca autobiografiku, sekarang aku mau berbagi pengalaman yang sebenernya pahit, tapi pada akhirnya pun manis... semoga bisa menjadi inspirasi kalian.. 
Oke, sebagai anak kelas 3 SMA sudah sangat wajar mengalami rasa galau. wait.. bukan galau karena cinta ya, tapi galau lebih - lebih lagi karena mikirin "mau ambil jurusan apa nih? di univ mana nih? aduhh nanti lolos gak ya?" heehm.. semua perasaan itu, membuat siswa akhir SMA ini mengambil beberapa jalur masuk di beberapa PTN. berapa pun biaya pendaftarannya, akan tetap di'jabanin' demi mempunyai cadangan PTN sebanyak-banyaknya. Begitu pun dengan aku saat itu..
Sebelum UN, aku mendaftar Program  diploma di IPB dan Politeknik Bandung melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Bakat). Hanya dengan biaya Rp 50.000,- aku pun mendaftar Politeknik Bandung di 1 jurusan saja yaitu Akuntansi. Sebenernya aku gak suka akuntansi, tapi ini rekomendasi papaku, yasudahlah ikuti saja. Hehe… dan, aku pun mendaftar Diploma IPB dengan pilihan jurusan : Supervisor Jaminan Mutu Pangan dan Analisis Kimia, dengan biaya Rp 250.000,-.  Aku sejak awal memang tertarik untuk mempelajari makanan. Berawal ketika aku menonton Program Televisi Swasta yang cukup terkenal dengan tokoh “Pak Ogah”nya itu loh.. episode-episodenya sering menayangkan proses pembuatan makanan di pabrik/industry kecil hingga besar. Aku senang aja lihatin itu, dan sering banget mikirin siapa sih yang dengan hebat menciptakan proses itu. Setelah kucari tahu ternyata yang berperan penting dalam pembuatan proses itu adalah lulusan kimia (teknik kimia paling banyak) dan lulusan teknologi pangan. Bahkan saking penasarannya, aku dan seorang temanku yang sama minatnya denganku, mencari-cari di internet tentang lowongan pekerjaan di industry makanan & minuman gitu. And.. That’s right! Paling banyak dibutuhkan tenaga kerja dari teknik kimia dan teknologi pangan. Waaaw….!!!
Aku pun semakin bersemangat belajar kimia, biologi, fisika nya. Aku tidak ingin hanya sekedar hafal rumus, lalu bisa mengerjakan soal ulangan, terus dapet nilai bagus dan bangga. Tidak. Aku harus mencari tahu lebiiih dalam, kenapa bisa jadi rumus itu, terus apa aplikasinya dalam hidup sehari-hari. Begitupun aku didukung oleh teman-teman yang suka bertanya dan memintaku untuk menjelaskan materi 3 pelajaran IPA tersebut, sehingga aku makin semangat memperdalamnya supaya bisa menjelaskan ke mereka dengan sejelas mungkin dan semampuku. ^__^
Pendaftaran SNMPTN pun dibuka, waktu itu dibuka mulai 17 Februari – 21 Maret 2014. Semua anak-anak SMA pasti sudah jauh-jauh hari memikirkan pilihan program studi di SNMPTN. Kami semua mulai mencari informasi-informasi agar tidak salah langkah dan tidak salah pilih jurusan di SNMPTN. Menurut nasihat dari kepala sekolah dan guru-guru terutama guru BK dan wali kelas, alangkah baik jika kita menaruh pilihan yang realistis di SNMPTN, kita harus sadar kemampuan kita dengan melihat nilai rapot dan jangan memaksakan kehendak kita, sebab kita juga harus melihat indeks prestasi sekolah dan alumni di PTN yang kita tuju. Dengan demikian, maka peluang diterimanya kita di PTN pun semakin besar. Aku pun kembali memikirkan pilihanku…
Pilihanku pun tertuju pada UGM dan IPB. IPB kupilih karena aku mengincar Teknologi  Pangannya yang jelas bagus akreditasinya. Alasanku memilih UGM, ya, karena aku  mau membanggakan keluargaku. Tidak ada alasan konkrit yang jelas kenapa aku memilih UGM, sebab setiap kali nama Gadjah Mada itu terdengar di telingaku, aku merasa terpanggil layaknya sudah menjadi mahasiswanya. Namun, karena kedua universitas negeri ternama itu sama-sama ketat persaingannya, maka aku harus memilih salah satu untuk memperbesar peluang diterima. Tentunya..Universitas Gadjah Mada adalah pilihanku. Di SNMPTN ini aku memilih program studi Teknik Kimia dan Teknologi Industri Pertanian. Dengan pertimbangan, aku bisa bekerja di industry pangan atau hasil pertanian, di bagian processing maupun research and developmentnya. Saat itu aku tidak memilih teknologi pangan dan hasil pertanian karena grade antara teknik kimia dan TPHP sangat dekat. Sementara saat itu aku sangaaat ingin jadi seorang wanita teknik, so aku tetap menaruh pilihan pertama di teknik kimia.  
Sembari menunggu pengumuman SNMPTN, diploma IPB dan PolBan, aku berniat mengikuti tes di salah satu Sekolah Tinggi Kedinasan, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS). Motivasiku ikut STIS ini memang hanya sebagai cadangan dan memang ini rekomendasi teman papaku yang mengatakan bahwa sekolah kedinasan ini bagus karena dijamin kerja, gratis dan diberi uang saku lagi setiap bulannya. Orang tua mana sih yang tidak bangga jika anaknya bisa masuk ke STIS ini. Nah, atas dasar itulah aku memutuskan untuk mendaftar STIS dengan biaya Rp 300.000,-.
Ternyata hasil seleksi PMDK diploma IPB diumumkan tanggal 3 Mei 2014, dan aku benar-benar shock karena aku tidak LOLOS. Padahal jurusan yang kupilih itu tidak tinggi, dan guru BK pun meyakinkan aku jika aku pasti lolos. Sedih banget pas itu, tetapi aku bersyukur punya seorang teman yang selalu bikin aku merasa kuat. Elvan, temanku yang satu ini, juga punya mimpi yang sama denganku yaitu di kuliah di UGM. Motivasinya tak lepas dari sosok kakaknya yang selalu menjadi dorongan untuk dirinya. Saat itu, dia yang memberiku semangat dengan kalimatnya yang hingga saat ini masih kuingat “ Lo orang hebat, lo selalu hebat, lo akan selalu hebat, dan akan ada hal hebat yang datang. Inget git, Tuhan selalu menilai orang dari usahanya!” Kalimat itu seketika mencharge lagi semangatku untuk terus belajar terutama untuk persiapan tes di STIS.
Tibalah tanggal 10 Mei. Aku  mengikuti tes tahap 1 STIS yaitu tes potensi akademik, yang terdiri atas Matematika, Bahasa Inggris dan Pengetahuan Umum. Kebetulan, aku dapat lokasi tes di Universitas Darma Persada, Pondok Kopi, Jakarta Timur. Papaku pun dengan semangat mengantarku ke tempat tes, dan sembari menunggu aku, papa singgah di rumah sepupuku. Usai sudah tes tahap pertama. Aku cukup puas bisa mengerjakan soal-soal dengan maksimal dan yakin jika apa yang sudah kujawab itu benar semua. Syukur  puji Tuhan, soal matematika yang kujawab itu benar semua, namun ternyata bahasa inggris dan pengetahuan umum ku banyak yang salah setelah aku cek di buku toefl dan googling. Khawatir pun melandaa…. Tetapi, kehendak Tuhan berkata lain, tanggal 20 Mei , 2014 aku mendapat karunia yaitu lulus UN dengan NEM tertinggi dari 1 angkatan sekaligus lolos tes tahap 1 STIS. Waah…. Betapa bahagianya aku dan orang tuaku, karena aku berhasil melewati tahap tersulit dari 3 tahap seleksi STIS. Saatnya daftar ulang untuk tes tahap 2 yakni Psikotest yang akan berlangsung tanggal 31 Mei 2014 di Kampus STIS, Jl. Otista, Kp. Melayu-Jakarta Timur.
Saat itu sebenarnya aku tidak terlalu banyak berharap bisa jadi mahasiswa STIS, karena tantangannya berat sekali yaitu harus ikatan dinas di BPS selama 4 tahun, sedangkan aku gak yakin bisa survive kalau harus bekerja di bidang yang itu-itu aja. Jadinya, saat psikotes itu, aku hanya bisa berdoa dan meminta sama Tuhan, jalan yang terbaik untukku. Hari sabtu itu kujalani psikotes yang sangat panjang, ada 8 jenis tes, ada sinonim-antonim, tes spasial, hitungan, wartegg test (membuat gambar dari guratan sederhana ), hingga tes kepribadian. Dalam benakku, psikotes ini akan menunjukkan apakah kepribadianku benar-benar cocok di bidang statistic dan kedinasan atau tidak. Yap. Optimis tetap, namun aku tetap pula berharap besar di UGM.
Beberapa hari setelah psikotest itu, tepatnya tanggal 27 Mei 2014, pukul 12 siang aku pun menerima pengumuman SNMPTN. Hari itu kuingat selalu pesan Bu Nur,wali kelasku di kelas 3,  yang mengatakan bahwa “untuk masuk UGM yang gradenya tinggi, kamu harus siap mental ya. Karena sulit, jangan sampai kecewa berat ketika harus melihat teman-temanmu yang biasa saja bisa lolos PTN”. Jeng..jeng…. Anda dinyatakan TIDAK LOLOS SNMPTN. Seketika melihat hasil pengumuman itu, hatiku sudah cukup kuat menahan rasa kecewa dan mataku hanya berkaca-kaca saja karena itu artinya aku masih harus menyusahkan orang tuaku untuk mendaftarkanku ujian – ujian lainnya termasuk SBMPTN. Langsung hari itu, aku pun menuju warnet untuk mendaftar SBMPTN.
Hari itu, aku baru mengisi biodata saja, aku belum memilih prodi dan panlok. Keesokan harinya, aku berkonsultasi dengan guru di Ganesha Operation, salah satu bimbel ternama di Indonesia, dimana aku baru bergabung 1 semester akhir ini. Aku tetap kekeh memilih UGM, karena UGM lah cita-citaku sejak awal SMA bahkan sejak SMP ketika ditanya mau kuliah dimana, selalu jawabnya UGM.. Awalnya aku mau memasukkan jurusan Teknologi Pangan-IPB di pilihan kedua agar aku bisa tes di Bekasi. Namun itu dicegah oleh Bu Welmi, karena itu hanya akan memperkecil peluangku. Dan setelah dipertimbangkan dengan melihat passing grade di buku ‘SMS’ alias buku Strategi Menuju Sukses milik GO, aku pun memilih ketiga jurusannya di UGM, yakni : Teknologi Pangan & Hasil Pertanian (TPHP), Statistika, dan Teknologi Industri Pertanian. Lokasi ujian pun aku pilih di Jogjakarta. No problem… karena ini kumaknai sebagai kesempatan terindah untuk bisa tes di Jogja demi mendapatkan universitas kebanggaan Jogjakarta.  Tepatnya aku dapet lokasi test di Fakultas Farmasi-UGM, yang aku senangnya, tempat ini pernah kukunjungi waktu tour perpisahan SMA, jadi gak asing lagi deehh. Hehehe…
Aku sangat khawatir dan takut dengan hasil SBMPTN-ku, karena saat aku check dengan kunci jawaban di GO, ternyata Biologinya banyak yang salah, bahkan scorenya minus. Namun aku hanya bisa pasrah sama Tuhan, apapun hasilnya akan kuterima dengan ikhlas. Tanggal 17 Juni di malam hari, aku mendapat pengumuman, bahwa aku tidak lolos di Akuntansi Politeknik Bandung (PolBan). Seketika, air mataku mengalir, bukan karena aku sedih tidak dapat itu, tetapi aku merasa nilai rapot yang telah kuperjuangkan selama 3 tahun di SMA ini tidak berhasil membuatku masuk di PTN. Tanggal 22 Juni, aku mendapat pengumuman STIS tahap kedua yang menyatakan aku tidak lolos. Sedih dan kecewa gak karuan saat itu. Rasa sesal tidak ikut UTUL UGM di Jogja, karena yakin bisa lolos STIS dan tanggal 23 Juni  tes tahap 3 pun melanda perasaanku..
Selepas itu, aku memutuskan untuk mendaftar IPB dan UNDIP melalui jalur Ujian Mandiri. Ujian Mandiri IPB yang dikenal dengan UTMI (Ujian Talenta Masuk IPB) kuikuti pada tanggal 12 Juli 2014. Puji Tuhan, ketika itu, Bu Nur, wali kelasku menyarankan aku agar sebelum tes menginap di kos-an anaknya, supaya aku tidak perlu mencari tempat penginapan. Aku pun mengikuti UTMI dengan pilihan jurusan Teknologi Pangan dan Teknologi Industri Pertanian.
Namun, puji Tuhan, sebelum pengumuman UTMI dan pelaksanaan UM UNDIP (tanggal 19 Juli 2014), aku telah mendapat anugrah terindah,, Tanggal 16 Juli 2014 adalah tanggal bersejarah buatku, tanggal yang mungkin paling indah selama 17 tahun hidupku. Aku lolos SBMPTN di Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM. Hari itu, Elvan yang pertama kali tahu bahwa aku lolos SBMPTN, dia yang membuka pengumuman untukku, karena hari itu tidak ada sinyal Indosat di rumahku akibat hujan deras. Daan… ketika short message darinya masuk di handphoneku, seketika itu pulalah air mata pun mengalir seiring derasnya air hujan di luar rumah. Aku sangat bahagia bisa membuat mamaku menangis haru memelukku setelah sekian banyak PTN yang menolakku, akhirnya aku benar-benar  mendapatkan apa yang kucita-citakan. Namun rasa bahagiaku ini tak sepenuhnya, karena Elvan tidak lolos di SBMPTN dan Ujian mandiri. Itu artinya keinginan kita untuk satu universitas tidak tercapai. Tapi belum.. akhirnya Elvan ikut Ujian Mandiri (Utul) gelombang 2 untuk sekolah vokasi, dan dia lolos. Puji Tuhan,  Tuhan mengabulkan impian kami untuk menempuh pendidikan di universitas ini. Terimakasih Tuhan  sebab kami bisa sama-sama membuktikan bahwa jika kita berani bermimpi dan berani berkomitmen, kita dapat meraih apa yang menjadi harapan kita, sesulit apapun jalan yang harus dilalui.
Sungguh betapa berat memang perjuangan untuk meraih apa yang diinginkan oleh manusia. Manusia hanya bisa memilih dan berusaha yakin dengan pilihan, namun Tuhanlah yang menentukan tempat pilihan-Nya yang tepat untuk setiap umat-Nya yang selalu mau bersyukur.Syukur padaMu ya Tuhan, Kau mengabulkan permohonanku. Berkat Tuhan, aku bisa membuat orang tuaku tersenyum dan bangga. Namun rasa bangga itu, tidaklah membuatku merasa lebih hebat. Melainkan membuatku untuk terus memacu kemampuan dengan sepenuh hati untuk bisa menjadi orang yang sukses, orang yang hebat dan mampu berkontribusi untuk negeri ini. 
Terimakasih mama, papa, mbah dan smua keluargaku. Dan tak lupa terimakasih untuk guru-guru SMA ku, terutama Bu Wulan, Bu Nur, dan Bu Eha.. Terimakasih teman-teman, terutama keluarga kecilku, 12 ipa 2, juga sahabat kecilku, Yumei, Ines, Della,. karena kalian, karena dukungan dan doa kalianlah, aku yakin aku bisa  melewati tantangan ini.
ya.. begitulah kira-kira pengalamanku, pengalaman yang bener-bener membuat aku seperti jungkir balik. aku gak pernah mengalami hal seperti ini,. Tuhan sepertinya ingin menguji imanku, Tuhan mungkin ingin mengetes seberapa besar harapanku kusandarkan pada-Nya dan Tuhan benar-benar ingin menempatkan aku di tempat yang tepat untuk aku jalani. ya disini.. di Jurusan TPHP. Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada. disini aku yakin, aku harus bisa belajar dengan sungguh-sungguh, aku harus berani menghadapi tantangan apapun di dalamnya dan aku harus bisa memberi yang terbaik. Amin..
----Sebenarnya dari setiap pengalaman, pasti ada hikmahnya, pasti ada maksud dari apa yang kita alami. Sabar menanti waktu Tuhan adalah salah satu modal utama agar kita selalu bersyukur pada apapun yang kita raih. Tuhan tak kan pernah terlambat, tak kan pernah lebih cepat, semuanya Dia jadikan tepat dan indah pada waktu-Nya.  








Selasa, 20 Mei 2014

This is Me


Posting kali ini, aku ingin menceritakan sedikit kisah hidupku yang kutulis ketika ada tugas membuat autobiografi di SMA..


Namaku Brigita Riesty Anggraini. Dari kecil, TK, SD, dan SMP aku lebih dikenal dengan nama “Riesty”.  Baru di SMA inilah aku lebih akrab disapa “Brigita” atau “Brigit”, juga “Gita”. Namun, nama panggilan tidaklah  masalah untukku, yang penting aku bisa dikenal dan akrab dengan semua temanku.  “Brigita” adalah nama baptisku karena aku seorang Katholik. Aku lahir pada 26 September 1996 di Cililitan, Jakarta Timur, tepatnya di Bidan Restu. Karena itulah, nama “Riesty” diberikan untukku sebagai kenangan bahwa aku lahir di Bidan Restu. Memang sekilas tidak ada hubungan antara kata “Restu” dengan “Riesty”, tetapi setidaknya nama  “Riesty” lebih cocok untukku daripada nama “Restu”. Lalu, “Anggraini” adalah nama yang diberikan oleh papaku yang artinya anugrah. Aku anak sulung dari 3 bersaudara. Papaku bernama Agustinus Sumaryanto dan mamaku bernama Yohana Sutiyem. Sejak bayi, aku diasuh di rumah oleh saudara dari Yogyakarta karena papa dan mamaku bekerja dari pagi hingga sore hari. Aku memanggilnya “mbah” karena beliau masih  saudara kakekku. Namun, kini beliau telah meninggal dunia tahun 2012 lalu.

Masih teringat cerita beliau, ketika berusia sekitar 5 bulan, aku pernah hampir diculik oleh seorang wanita. Ketika itu, aku tengah digendongnya di depan rumah, lalu datang seorang wanita tak dikenal datang mendekati kami. Wanita itu mencoba menggendongku dan aku pun beranjak dari gendongan “mbah”. Seketika itu juga, wanita itu membawaku lari. “Mbah” pun menangis dan berteriak minta tolong. Beruntung, para tetangga langsung merebut tubuh mungilku dari wanita jahat itu. 

Aku menetap di Jakarta hingga 1998. Karena rumah di Jakarta masih berstatus kontrak, akhirnya saat aku berumur 3 tahun, kami pindah ke Bekasi dan membeli rumah di Kartika Wanasari Blok E2/11, Cibitung. Di umur 4 tahun, aku bersekolah di TK.Vicky di dekat rumahku. Sosok manja sungguh tergambar dalam diriku saat itu. Aku selalu menangis saat masuk kelas, namun apabila “mbah” sudah duduk di bangku kelas, sekejap tangisku reda. Aku bersekolah di TK. Vicky hanya sampai TK.A, TK.B dilanjutkan di TK. Santa Maria Monica, di Regensi 1, Cibitung. Orang tuaku  menyekolahkanku di sana supaya aku mendapat pendidikan agama Katholik.

Kebetulan saat itu, adik pertamaku, Laurencia Okky Wijayanti lahir, tepatnya pada 15 Agustus   2001. Adikku yang satu ini memang sangat berbeda denganku, yakni kulitnya lebih putih. Jelas… karena aku minta adik ketika papa belum lama pulang dari Jepang, setelah beberapa bulan ditugaskan di sana. Mungkin karena papaku lama bergaul dengan orang-orang berkulit putih kali,ya.?  Jadi ketularan putih deh.. Sebenarnya aku maunya adik laki-laki, namun Tuhan berkehendak lain. Ternyata adik pertamaku itu perempuan, tetapi tak apa lah, soalnya karena dia, aku bisa mandiri dengan naik mobil antar-jemput.

Lulus Taman Kanak-Kanak, aku melanjutkan pendidikanku di SD. Santa Maria Monica. Letaknya cukup jauh dari tempat tinggalku, yaitu di Kampung Cerewet, Bekasi Timur. Tahun 2002 aku sudah duduk di kelas 1 SD. Hari pertama masuk Sekolah Dasar, aku sudah diberi soal matematika oleh Ibu Eva. Aku mendapat nilai nol dan aku menangis. Sejak saat itu, papaku menasihatiku agar lebih teliti kalau mengerjakan soal matematika. Aku selalu ingat pesan itu, setiap ulangan, terlebih ulangan matematika, kalau sudah selesai tidak langsung dikumpulkan tetapi kuteliti sampai 2 kali. Begitu pula mamaku, sejak 1 SD hingga 2 SD ia selalu membimbingku belajar bahkan sebelum ulangan aku selalu ditanya-jawab olehnya. Akhirnya pada 22 Mei 2004, aku punya adik laki-laki, Gregorius Kristian Angger Pinastika.  Makanya, sejak kelas 3 SD aku  sudah tidak ditanya jawab karena mamaku sibuk mengurusi adik keduaku. Walaupun begitu, aku tetap semangat dalam belajar sehingga puji Tuhan, nilai rapotku di SD sangat memuaskan, bahkan aku  berhasil mempertahankan prestasiku di peringkat 1 hingga di  SMA ini. Itu semua jelas tidak lepas dari karunia Tuhan juga ketekunanku serta bimbingan orang tuaku selama ini.

Aku juga sering mengikuti lomba-lomba antar sekolah. Saat SD, aku mengikuti lomba calistung mulai dari tingkat gugus hingga kecamatan, dengan prestasi membanggakan, diantaranya juara III saat kelas 1, juga  juara I dan harapan II di kelas 3. Saat kelas 6 SD pun aku meraih Juara Umum dengan nilai Ujian Nasional tertinggi se-SD. Setelah dihitung-hitung sudah ada 12 piala yang kuperoleh dari TK hingga SMP. Melihat prestasiku, papaku mengikutsertakan aku dalam beasiswa Koperasi Astra. Kebetulan papa bekerja di salah satu anak perusahaan PT. Astra Internasional. Beasiswa itu sedikit meringankan biaya SPPku sejak kelas 4 SD hingga 2 SMA ini.

Lulus Sekolah Dasar  tahun 2008, aku melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di tempat yang sama. Di SMP. Santa Maria Monica ini, aku bergabung dengan OSIS. Aku pernah menjabat sebagai Seksi Sains saat kelas VIII, lalu sebagai Bendahara saat kelas IX. Banyak suka duka dalam berorganisasi. Hal yang paling menarik ketika menjadi anggota OSIS adalah ketika razia di kelas. Namun yang menyedihkan adalah ketika dipanggil kepala sekolah karena tidak menghadiri rapat OSIS, padahal saat itu jabatanku Bendahara.

Masa SMP kulalui dengan penuh petualangan bersama sahabat-sahabatku. Yumei, Novi, Ellen, Fanny, Ribkha, dan si kembar Bella-Vista. Sejak SD hingga SMP, aku berangkat pukul 05.30 pagi diantar papaku, sekalian beliau berangkat kerja. Saat SD, pulangnya naik mobil antar-jemput . Waktu SMP,  aku pulang naik angkot bersama sahabat-sahabatku itu. Panas, hujan, canda, tawa, kesal, malu, bahkan tangis pernah kami alami di dalam angkot 12 yang mengantar kami dari sekolah hingga Ampera dan angkot 36 yang mengantar kami dari Ampera hingga sekolah. Satu pengalaman lucu yang tak pernah kami lupa adalah ketika ada seorang bapak memarahi kami karena canda tawa kami di angkot sangat mengganggunya. Ya, kami memang suka berlebihan dan tidak tahu tempat  kalau sudah bercanda. Hahahaha…  Satu pengalaman memalukan, ketika kami pulang sekolah lebih awal, kami memutuskan main ke BTC. Sampai di sana, kami tidak diperbolehkan masuk karena kami memakai baju seragam. Untungnya ada beberapa yang membawa jaket, sedangkan yang tidak bawa jaket, terpaksa, harus membeli baju dulu. Pengalaman itu menjadi pelajaran buat kami, jika ingin mampir ke Mall setelah pulang sekolah, kami harus membawa baju ganti. Maklum, kami memang suka menjelajahi Mall seperti BTC, BS, juga MM, padahal tak ada barang yang ingin kami beli.  

Aku lulus SMP tahun 2011 dengan nilai Ujian Nasional tertinggi se-SMP yaitu dengan NEM 37,2, namun tidak meraih Juara Umum seperti di SD karena ada siswa yang NEM-nya sama denganku tetapi nilai Ujian Sekolahnya lebih tinggi daripadaku.

Kini aku tinggal di Bekasi Regensi 2 Blok  DD1/10, masih di Kecamatan Cibitung. Aku dan keluargaku membeli rumah di sana karena rumah di Kartika Wanasari dirasa tidak cukup menampung banyaknya barang seiring bertambahnya kebutuhan kami sekeluarga. Kami menetap di perumahan itu sejak 6 Juli 2011 hingga saat ini.

Sejak TK, SD, SMP aku mengenyam pendidikan di sekolah swasta Katholik. Aku memutuskan untuk mendaftar di SMA Negeri, karena aku ingin merasakan bagaimana persaingan di sekolah negeri, juga ingin mempunyai banyak teman dengan  beragam agama. Banyak saudaraku yang menyarankan agar mendaftar di SMA-SMA pilihan di Jakarta. Sementara papaku menyarankan ke SMA-SMA pilihan di Kota Bekasi, tetapi dengan pertimbangan yang matang aku pun memutuskan untuk mendaftar di SMAN 2 Tambun Selatan.

Sejak TK pulalah aku bersahabat dengan Yumei Yohana Saraningsih. Bahkan, ketika mendaftar di SMAN 2 Tambun Selatan ini pun, aku dan dia berusaha bersama menempuh setiap langkah yang harus dilalui untuk dapat diterima di kelas Bilingual SMAN 2 Tambun Selatan ini. Mulai dari, mencari informasi tentang sekolah ini, membeli formulir hingga melihat hasil tes yang puji Tuhan memuaskan. Semua itu kita lakukan bersama tanpa campur tangan orangtua langsung yang terkesan merepotkan mereka.

Akhirnya aku diterima di SMAN 2 Tambun Selatan ini dengan nilai test tertinggi. Pertama masuk SMA, aku duduk di kelas X.2, kelas yang letaknya di atas terpisah dengan kelas X lainnya. Walau begitu aku tetap senang dan nyaman bahkan berasa seperti keluarga sendiri. Di SMA ini aku sempat bergabung dengan ekskul Nihon no Sekai hingga kelas X semester 1 saja. Setelah itu aku tidak ikut organisasi apapun.  Sungguh berbeda dengan SMP, dimana aku aktif berorganisasi. Semua ini karena aku ingin fokus dengan kegiatan belajarku, yang dimulai dari pukul 07.00 pagi hingga 04.40 sore. Aku tahu berorganisasi itu penting, tetapi aku sadar bahwa aku mudah lelah dan mudah marah kalau sudah kelelahan. Jadi, lebih baik fokus untuk belajar dulu deh.. Di kelas X aku juga mengikuti beberapa lomba, walaupun tidak meraih juara diantaranya Olimpiade Biologi di ITS dan UIN, serta Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bekasi. Naik kelas XI aku duduk di kelas XI IPA 2. Kelas dengan beraneka karakter, mulai dari yang pendiam, lucu, usil, bijak, kreatif hingga yang  doyan  musik Korea. Di kelas XI ini aku juga pernah mengikuti  Olimpiade Biologi di UNJ. Olimpiade tersebut sungguh  menyesakkan hati karena aku mendapat peringkat ke-21, sementara hanya 20 besarlah yang lolos ke babak selanjutnya.

Di kelas XII aku kembali ikut olimpiade biologi di UNJ, dan puji Tuhan berkat kerja keras yang didukung bimbingan guru biologi paling The Best se-SMAN 2 Tambun Selatan, Mrs. Wulan Novianti namanya, aku bisa lolos hingga babak terakhir (babak ketiga) dan meraih juara III. lalu, ada lagi kesempatan untuk ikut lomba biologi di UIN Jakarta bersama 2 anak kelas XI, dan Puji Tuhan, semua kesulitan yang kita hadapi saat belajar ternyata membuahkan hasil membanggakan karena kita juara II.. 

Soal cita-cita, dulu ketika SD aku bercita-cita menjadi guru karena termotivasi oleh  mamaku, namun semakin dewasa aku semakin menyadari kemampuanku. Kini  guru bukan profesi yang aku idam-idamkan. Harapanku aku bisa lulus SMA dengan nilai UN membanggakan sehingga bisa diterima dan duduk sebagai Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. aku pun mendaftar di UGM lewat jalur SNMPTN dengan jurusan Teknik Kimia dan Teknologi Industri Pertanian. Mungkin banyak orang berrtanya "kenapa gak ambil Biologi murni aja?". tentu aku hanya bisa menjawab, aku gak kuat kalo belajar biologi terlalu murni, aku ingin mengaplikasikan biologi dengan ilmu lain yang bisa menghasilkan sesuatu dari perpaduannya. dan di kedua jurusan inilah, aku menemukan apa yang kumau. Bahkan akupun tak tahu pasti, akan jadi apa aku nanti,. yang jelas aku ingin memiliki profesi yang sesuai dengan bidang dan kepribadianku. yang jelas, aku ingin jadi orang yang sukses dan bermanfaat untuk banyak orang. Semoga semua cita-citaku tercapai dan Tuhan selalu memberkati langkahku.  Amin... :))

Sekian dulu kisah hidupku yang bisa kucurahkan di kertas putih ini. Syukur kepada Tuhan, karena-Nya aku mampu berdiri dan bertahan hingga saat ini. Terima kasih untuk orang tuaku, yang tak pernah lelah membimbing dan tak pernah bosan mengingatkanku jika aku lalai. Terima kasih untuk guru-guruku serta semua orang yang senantiasa mendukung setiap langkahku, sehingga aku bisa meraih prestasi – prestasi di sekolah.  Juga terima kasih untuk sahabat-sahabatku yang setia mendengarkan segala keluh kesah dan setia membuatku tersenyum dalam suka maupun duka. Akhir kata, terima kasih untuk orang tua dan sahabatku sehingga aku bisa menuliskan autobiografi ini dan semoga kisah hidupku ini bisa menjadi inspirasi bagi semuanya.


           

~Berhasil bukan hanya karena berusaha, tetapi juga karena niat dan ketulusan hati.~

Sabtu, 14 Desember 2013

RESENSI NOVEL


Hai, kawan....mungkin kalian udah ga asing dengan istilah resensi.
Postingan kali ini akan membahas tentang Resensi.

Resensi  adalah ulasan atau penilaian mengenai suatu karya, baik itu buku, film, novel, cerpen, atau karya lain.
Prinsip-prinsip Penulisan Resensi:
1.     Judul resensi
2.     Identitas karya
- Judul buku
- Pengarang
-Penerbit
- Terbit
- Tebal
3.     Paragraf pendahuluan
Amanat dalam cerita
4.     Keunggulan
5.     Kelemahan
6.     Kepengarangan
7.     Sinopsis
8.     Ajakan untuk menikmati karya
9.     Nama penulis resensi


 Ini salah satu contoh resensi novel:


  
Kekuatan Mimpi Pemuda Belitong

Judul Novel          : Sang Pemimpi
Penulis        : Andrea Hirata
Penerbit      : PT. Bentang Pustaka
Cetakan      : Cetakan kedua puluh empat, November 2008
Terbit                    : November 2008
Tebal Buku : x + 292 halaman

“ Kita tak’kan pernah mendahului nasib! “ teriak Arai. “ Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajah Eropa sampai Afrika! Apapun yang terjadi.” Itulah sepenggal kalimat yang kita temui dalam novel “Sang Pemimpi” ini. Kalimat itu seakan - akan memotivasi kita untuk tidak menyerah menggapai mimpi, meskipun  kenyataannya mimpi itu mustahil. Jadi, tetaplah berjuang menggapai mimpi sebab dari mimpilah, kita akan meraih sebuah kesuksesan.
Sangat inspiratif! Begitulah kesan yang ditorehkan Andrea Hirata dalam novel keduanya ini, setelah novel ”Laskar Pelangi”. Andrea Hirata memang piawai dalam hal sastra, terlihat dari gaya bahasa dan alur yang dikemas begitu apik. Banyak pula istilah-istilah berbahasa Melayu di novel ini, namun setelah itu ada penjelasan dari istilah tersebut, sehingga pembaca juga bertambah wawasannya. Sehingga bisa dikatakan Novel “Sang Pemimpi“ ini memiliki kekayaan bahasa sekaligus keteraturan bahasa.
Selain itu, alur yang dibuat maju mundur membuat pembaca penasaran dengan kejutan – kejutan, kejadian, dan suasana di setiap mozaiknya. Kemampuan Andrea dalam mendeskripsikan suasana di Pulau Belitong yang terkesan pedalaman juga membuat pembaca terlarut dalam jalan ceritanya. Jalan cerita yang mampu menghipnotis pembaca agar ikut dalam mimpi para pemuda Belitong ini. Selain itu, kelebihan lain di novel ini yaitu kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter – karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat.
Novel “Sang Pemimpi” adalah sebuah lantunan kisah kehidupan yang memesona dan akan membuat anda percaya pada tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, dan terlebih percaya pada Tuhan. Dimulai dari kisah kehidupan tiga pemuda Belitong, yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang punya impian kuliah di Perancis, menginjakkan kaki di altar suci Almamater Sorbonne dan mengelilingi Eropa hingga Afrika. Mereka menuntut ilmu di SMA Negeri Bukan Main. Mereka tinggal mandiri di los sewaan di Magai, dengan bekerja sebagai kuli ngambat agar tetap hidup sambil belajar.
Ikal sempat pesimis ketika menyadari realita kehidupannya kini sangat mustahil jika dia mampu kuliah di Perancis.  Namun Arai tetap mengalirkan kata – kata motivasi pada Ikal. “Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati… Mungkin setelah tamat SMA kita hanya mendulang timah atau kuli, tapi di sini Kal, di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib.”. (Hal.153) Benar saja yang dikatakan Arai. Walaupun banyak rintangan seperti harus merantau ke Pulau Jawa dan luntang-lantung di Bogor, pada akhirnya Ikal dan Arai bisa memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi di Universite’ de Paris, Sorbonne, Perancis.
Andrea Hirata lahir di Belitong. Meskipun studi mayornya Ekonomi, ia amat menggemari sains-fisika, kimia, biologi, astronomi, dan tentu saja sastra. Edensor adalah novel ketiganya setelah novel – novel best seller “Laskar Pelangi” dan “Sang Pemimpi”. Andrea lebih mengindentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sekarang ia tengah mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di KyeGompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia. Ia mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite’ de Paris Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi  pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Saat ini Andrea tinggal di Bandung. Hobinya naik komidi putar. Kini Andrea bekerja di PT. Telkom.
Memang sulit untuk menemukan kelemahan dalam sebuah novel best seller. Namun, sampul depan novel “Sang Pemimpi” ini kurang menarik dan kurang menggambarkan bagian dalam atau ceritanya. Selain itu lembaran – lembaran kertas juga mudah terlepas mungkin karena kurang kuatnya jilidan novel ini.
Meskipun demikian, novel “Sang Pemimpi” ini tetap layak dibaca. Jadi kawan-kawan semua baik yang gemar membaca novel ataupun tidak, dirasa sangat perlu untuk menikmati karya Andrea Hirata yang satu ini, sebab dari novel ini kita akan mendapat inspirasi dan motivasi  untuk melangkah demi meraih kesuksesan.

  Brigita Riesty Anggraini