SUWEG : Si Umbi ‘Ndeso’ Kaya Manfaat
Pernahkah
kalian mendengar tentang Suweg? Mungkin teman-teman yang sudah kuliah KPHP (Kimia
Pangan & Hasil Pertanian) sering mendengar dosen kita menyebut-nyebut nama
itu. ‘Ndeso’ memang kesannya, tapi siapa sangka jika umbi ‘ndeso’ ini memiliki
beberapa manfaat yang membuatnya populer di kalangan para peneliti, pakar
kesehatan maupun inovator pangan. Suweg atau yang lebih dikenal dengan porang
merupakan tanaman umbi – umbian asli dari Asia Tenggara dan tumbuh di
hutan-hutan kawasan Malasyia, Filipina, dan India bagian selatan. Suweg biasanya tumbuh di bawah naungan. Ketika musim
kemarau, batang dan bunga suweg tidak nampak di atas tanah. Untuk mengambilnya, petani
akan menggalinya dengan cangkul.
Tanaman
bernama latin Amorphophallus paeoniifolius ini rupanya berkerabat dekat dengan tanaman bunga bangkai raksasa (Amorphophallus
titanum). Karena itulah, pada saat bunga suweg ini mekar, maka akan
mengeluarkan aroma seperti bau bangkai yang mengundang lalat untuk membantu
penyerbukannya. Tanaman umbi suweg ini juga seringkali disamakan dengan iles-iles,
karena keduanya sama-sama menghasilkan umbi yang dapat dimakan dan ada
kemiripan morfologi daun pada fase vegetatifnya. Namun demikian, keduanya memiliki ciri yang dapat dibedakan,
diantaranya dari warna umbi dan tangkai daunnya. Warna umbi suweg yaitu putih,
seringkali dengan semburat warna merah jambu atau ungu, sementara iles-iles
warna umbinya kuning. Selain itu, tangkai daun suweg memiliki permukaan yang
kasar bila diraba dan tidak memiliki tonjolan berwarna cokelat kehitaman pada
bagian percabangannya, sementara iles-iles memiliki permukaan halus dan
memiliki tonjolan tersebut.
Sumber : http://www.biodiversitywarriors.org/suweg-panganan-desa-super-manfaat.html |
Kandungan gizi dalam 100 gram umbi suweg
meliputi :
Karbohidrat = 15,7 gr
Protein = 1 gr
Lemak = 0,1 gr
Kalsium = 62 mg
Fosfor = 41 mg
Zat Besi = 4 mg
Vitamin B1 = 0,07 mg
Vitamin C = 5 mg
Energi = 69 kkal
Sumber : Kemenkes
RI,2012
Menurut penelitian Didah Nur Faidah dari
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, suweg termasuk
umbi-umbian dengan kandungan serat yang cukup tinggi sehingga berpotensi
menjadi sumber pangan fungsional khususnya untuk penderita penyakit degeneratif
seperti diabetes. Dari penelitiannya, diperoleh bahwa kandungan karbohidrat
suweg bisa mencapai 18%-21%, dengan kadar serat sebesar 15,09% dari total
karbohidratnya. Kandungan serat inilah
yang membuat suweg memiliki nilai Indeks Glikemik (IG) yang cukup rendah yaitu sebesar
42, dibandingkan dengan sumber karbohidrat umumnya seperti nasi putih (IG = 80),
singkong (IG = 78), dan ubi jalar ( IG = 179). Bahan pangan dengan indeks
glikemik rendah (IG < 55) akan memberi respon yang rendah dalam peningkatan
kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat mencegah kenaikan kadar gula darah (Marsono,
1999). Oleh karena itulah suweg sebagai salah satu sumber serat pangan dapat
dijadikan pangan alternatif bagi penderita diabetes.
Dilihat dari kandungan gizi yang dikandungnya,
suweg dapat memiliki manfaat bagi kesehatan. Tak hanya mencegah diabetes,
konsumsi serat pangan dalam jumlah tinggi akan memberi pertahanan pada manusia
terhadap timbulnya berbagai penyakit seperti kanker usus besar, penyakit kardiovaskular,
obesitas dan kolesterol tinggi dalam darah. Selain itu, suweg juga bersifat
anti-inflamasi, antiracun, pencegah pendarahan dan sebagai obat luka, sehingga
umbi suweg segar seringkali dimanfaatkan untuk obat bisul maupun luka akibat
terkena bisa dari hewan beracun.
Dengan
potensinya sebagai sumber serat pangan itu, kini suweg mulai banyak dibudidayakan
di Indonesia, diantaranya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Umbi suweg juga mulai diolah
menjadi bentuk tepung agar lebih mudah dalam pemanfaatan atau aplikasinya dalam
pengolahan produk pangannya. Cara pengolahan umbi suweg menjadi tepung adalah
sebagai berikut : umbi suweg yang sudah dicabut dan dibersihkan dari kotoran
dan tanah yang menempel, kemudian dikupas dan diiris tipis, lalu dicuci dengan
air bersih dan garam untuk menghilangkan gatalnya. Setelah itu, umbi
dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50 °C selama 18 jam atau bisa dijemur di
bawah sinar matahari sampai kering. Selanjutnya, umbi suweg kering tersebut
diblender/di-grinding dan diayak untuk mendapatkan tepung halus ukuran
60 mesh. Tepung suweg selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan
produk-produk bakery diantaranya cookies, cake, dan makanan ringan
lainnya. Dengan demikian, pengolahan umbi suweg menjadi tepung ini diharapkan
mampu menjadi pangan alternatif pengganti terigu, sehingga dapat membantu Indonesia
dalam mengurangi impor gandum dan meningkatan potensi pangan lokal hasil tanah negeri sendiri.
Referensi :
Marsono,Y. 1999. GI of Indonesian Starchy Foods. dikutip dari
Materi Kuliah Ilmu Gizi : Carbohydrate Digestion and Food Glycemic Index. Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, UGM
Kemenkes RI. 2012. Kandungan Gizi Suweg. http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-suweg-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar