Minggu, 09 April 2017

SUWEG : Si Umbi ‘Ndeso’ Kaya Manfaat

SUWEG :  Si Umbi ‘Ndeso’ Kaya Manfaat

Pernahkah kalian mendengar tentang Suweg? Mungkin teman-teman yang sudah kuliah KPHP (Kimia Pangan & Hasil Pertanian) sering mendengar dosen kita menyebut-nyebut nama itu. ‘Ndeso’ memang kesannya, tapi siapa sangka jika umbi ‘ndeso’ ini memiliki beberapa manfaat yang membuatnya populer di kalangan para peneliti, pakar kesehatan maupun inovator pangan. Suweg atau yang lebih dikenal dengan porang merupakan tanaman umbi – umbian asli dari Asia Tenggara dan tumbuh di hutan-hutan kawasan Malasyia, Filipina, dan India bagian selatan. Suweg biasanya tumbuh di bawah naungan. Ketika musim kemarau, batang dan bunga suweg tidak nampak di atas tanah. Untuk mengambilnya, petani akan menggalinya dengan cangkul.
Tanaman bernama latin Amorphophallus paeoniifolius ini rupanya berkerabat dekat dengan tanaman bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum). Karena itulah, pada saat bunga suweg ini mekar, maka akan mengeluarkan aroma seperti bau bangkai yang mengundang lalat untuk membantu penyerbukannya. Tanaman umbi suweg ini juga seringkali disamakan dengan iles-iles, karena keduanya sama-sama menghasilkan umbi yang dapat dimakan dan ada kemiripan morfologi daun pada fase vegetatifnya. Namun demikian,  keduanya memiliki ciri yang dapat dibedakan, diantaranya dari warna umbi dan tangkai daunnya. Warna umbi suweg yaitu putih, seringkali dengan semburat warna merah jambu atau ungu, sementara iles-iles warna umbinya kuning. Selain itu, tangkai daun suweg memiliki permukaan yang kasar bila diraba dan tidak memiliki tonjolan berwarna cokelat kehitaman pada bagian percabangannya, sementara iles-iles memiliki permukaan halus dan memiliki tonjolan tersebut.
Sumber : http://www.biodiversitywarriors.org/suweg-panganan-desa-super-manfaat.html
Kandungan gizi dalam 100 gram umbi suweg meliputi :
Karbohidrat      = 15,7 gr
Protein             = 1 gr
Lemak              = 0,1 gr
Kalsium            = 62 mg
Fosfor              = 41 mg
Zat Besi            = 4 mg
Vitamin B1       = 0,07 mg
Vitamin C         =  5 mg
Energi               = 69 kkal                                            
Sumber : Kemenkes RI,2012
Menurut penelitian Didah Nur Faidah dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, suweg termasuk umbi-umbian dengan kandungan serat yang cukup tinggi sehingga berpotensi menjadi sumber pangan fungsional khususnya untuk penderita penyakit degeneratif seperti diabetes. Dari penelitiannya, diperoleh bahwa kandungan karbohidrat suweg bisa mencapai 18%-21%, dengan kadar serat sebesar 15,09% dari total karbohidratnya.  Kandungan serat inilah yang membuat suweg memiliki nilai Indeks Glikemik (IG) yang cukup rendah yaitu sebesar 42, dibandingkan dengan sumber karbohidrat umumnya seperti nasi putih (IG = 80), singkong (IG = 78), dan ubi jalar ( IG = 179). Bahan pangan dengan indeks glikemik rendah (IG < 55) akan memberi respon yang rendah dalam peningkatan kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat mencegah kenaikan kadar gula darah (Marsono, 1999). Oleh karena itulah suweg sebagai salah satu sumber serat pangan dapat dijadikan pangan alternatif bagi penderita diabetes.
Dilihat dari kandungan gizi yang dikandungnya, suweg dapat memiliki manfaat bagi kesehatan. Tak hanya mencegah diabetes, konsumsi serat pangan dalam jumlah tinggi akan memberi pertahanan pada manusia terhadap timbulnya berbagai penyakit seperti kanker usus besar, penyakit kardiovaskular, obesitas dan kolesterol tinggi dalam darah. Selain itu, suweg juga bersifat anti-inflamasi, antiracun, pencegah pendarahan dan sebagai obat luka, sehingga umbi suweg segar seringkali dimanfaatkan untuk obat bisul maupun luka akibat terkena bisa dari hewan beracun.
 Dengan potensinya sebagai sumber serat pangan itu, kini suweg mulai banyak dibudidayakan di Indonesia, diantaranya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Umbi suweg juga mulai diolah menjadi bentuk tepung agar lebih mudah dalam pemanfaatan atau aplikasinya dalam pengolahan produk pangannya. Cara pengolahan umbi suweg menjadi tepung adalah sebagai berikut : umbi suweg yang sudah dicabut dan dibersihkan dari kotoran dan tanah yang menempel, kemudian dikupas dan diiris tipis, lalu dicuci dengan air bersih dan garam untuk menghilangkan gatalnya. Setelah itu, umbi dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50 °C selama 18 jam atau bisa dijemur di bawah sinar matahari sampai kering. Selanjutnya, umbi suweg kering tersebut diblender/di-grinding dan diayak untuk mendapatkan tepung halus ukuran 60 mesh. Tepung suweg selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan produk-produk bakery diantaranya cookies, cake, dan makanan ringan lainnya. Dengan demikian, pengolahan umbi suweg menjadi tepung ini diharapkan mampu menjadi pangan alternatif pengganti terigu, sehingga dapat membantu Indonesia dalam mengurangi impor gandum dan meningkatan potensi pangan lokal  hasil tanah negeri  sendiri.
Referensi :
Marsono,Y. 1999. GI of Indonesian Starchy Foods. dikutip dari Materi Kuliah Ilmu Gizi : Carbohydrate Digestion and Food Glycemic Index. Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, UGM